THE PAGEANT: Brain, Beauty, Bitchaviour

Ardhi Widjaya
Chapter #2

The Dentist Suicide

Indahnya suasana romansa keluarga mampu dibangun dr. Adam di muka publik dengan demikian cantik. Seperti pada malam penobatan duta kontes Adinda Kilamara, saat Renata turun dari panggung dengan mengenakan tiara penuh gemerlap kristal dan selempang beludru lembut. Sebagai ayah, dr Adam menyambut dengan wajah penuh bangga akan kejayaan putri semata wayangnya. Ibaratnya seluruh gadis remaja di kota Kilamara begitu mendampakan kehidupan seorang putri seperti yang dimiliki Renata. Begitu apik dan penuh romansa nuansa kehidupan yang terlihat dari keluarga Jatikusumo. Renata menjadi putri tunggal yang cerdas dengan penampilan semampai,, tumbuh bersama orang tua yang berpendidikan dan tentu saja status sosial yang disegani sekaligus dikagumi.

Sayangnya, romansa itu palsu. Kepalsuan ini dimulai tiga tahun yang lalu, saat pertemuan pertama drg. Ratri Damayanti dengan perempuan muda yang menjadi selingkuhan sang suami. Gadis mojang Tasik-Jawa Barat yang bernama Anita Koswara itu baru saja tinggal di Kilamara setelah diterima bekerja sebagai Public Relations di Brettwell Industries, perusahaan minyak Amerika yang bekerjasama dengan perusahaan minyak lokal Patra Manunggal. Anita mendatangi poli gigi Rumah Sakit Mitra Keluarga Patra untuk melakukan perawatan scaling gigi bersamanya.

Saat itu, drg. Ratri sempat kagum dengan kemandirian Anita yang berani tinggal sendiri, jauh dari kota asalnya di Tasik, atau kota tempat dia kuliah di Bandung. Saat selesai perawatan scaling itulah menjadi pertemuan pertama juga bagi Anita dan dr. Adam. Kebetulan saat Anita selesai melakukan perawatan, jam berjalan menuju istirahat makan siang. Dokter Adam yang juga menjabat sebagai kepala rumah sakit yang menjadi tempat rujukan utama karyawan dan anggota keluarga dari perusahaan minyak Patra Manunggal bermaksud menyambangi poli tempat sang istri bekerja. Tak disangka matanya terpesona pada sosok Anita yang baru saja keluar poli gigi. Ketika drg. Ratri makan siang bersama sang suami, dia sama sekali tidak menaruh curiga saat suaminya bertanya mengenai siapa pasien yang baru saja ditangani sang istri Ternyata itulah awal mula bibit cinta dan nafsu muncul dari Anita dan juga dr. Adam.

Upaya drg Ratri untuk menghapus semua data dalam memori perangkat seluler-nya ternyata tidak serta merta menghapus segala kenangan pahitnya bersama ayah Renata. Sesudah menghapus semua data dari telepon seluler-nya, drg. Ratri lalu juga menonaktifkan semua fitur aplikasi di dalamnya. Dia tidak ingin, berbagai kabar negatif yang tersimpan di telepon itu nantinya akan mempengaruhi kondisi psikis Renata yang masih memiliki jalan begitu panjang untuk mendapatkan masa depan yang indah.

Dibukanya loteng lantai tiga tempat dia berdoa, vitras putih berdesir perlahan tersapu angin dini hari. Helai demi helai rambut drg. Ratri Damayanti turut berkibar mengikuti alunan angina malam yang bersiul riuh rendah. Diletakkannya telepon seluler yang telah dikosongkan isinya di atas rak bersama deretan buku-buku rohani. Perempuan satu anak ini menapakkan kaki kirinya melangkah keluar jendela. Renda di bagian bawah gaun tidurnya terhempas perlahan, matanya nanar menatap ke bawah yang memperlihatkan ujung-ujung pagar besi tempa yang kokoh bak trisula Neptunus.

Dalam hati dia berkata “Renata, kamu harus jadi perempuan tangguh, jangan seperti ibu,” Kemudian dia membuat badannya sendiri terhuyung ke depan, semakin kencang hingga seperti melayang. Namun hukum gravitasi takkan pernah berdusta selama sebuah benda masih berada di bumi. Tubuh drg. Ratri takkan bisa melayang, raga dokter gigi yang dikenal ramah dan keibuan itu jatuh tertelungkup dengan perut tertancap ujung pagar besi tempa nan runcing hingga menembus punggungnya. Satu nafas terakhirnya menyisakan sesak yang membuat tenggorokan tercekik. Nyawanya meregang saat kedua matanya masih menatap penuh ratapan ke arah kamar jendela Renata.

Lihat selengkapnya