THE PAGEANT: Brain, Beauty, Bitchaviour

Ardhi Widjaya
Chapter #10

Hail Mary Seduction

Ada pepatah mengatakan, cinta pertama anak perempuan adalah ayahnya. Harusnya itu pula yang dirasakan Renata pada sang ayah, dr. Adam Jatikusumo. Meski hatinya sudah dipatahkan oleh cinta pertamanya karena sang ayah telah mengkhianati kesetian ibunya, Renata tetap menjalankan saran ibunya untuk menjaga prinsip mendhem jero mikul dhuwur. Itulah mengapa pada suatu Sabtu sore, Renata menemani ayahnya bermain tenis di pusat atletik Manunggal, area yang menjadi bagian dari fasilitas perusahaan Patra Manunggal.

Selama melewatkan waktu sekitar 30 menit dia memegang raket menjadi lawan ayahnya, ada bagian dari diri Renata yang sangat ingin melempar raket tenis ke arah ayahnya. Tenaga atas amarahnya dia salurkan menjadi smash bertubi-tubi ke arah dr. Adam yang selalu bisa menangkisnya.

“Wah, keren sekali ayah lawan putrinya ini, luar biasa dok…” Tampak sesosok pria seusia dr. Adam masuk ke lapangan tenis. Dia datang tidak sendirian, ada laki-laki muda dengan usia sekitar sembilan belas atau dua puluh tahun mendampingi pria itu.

Mendengar celoteh koleganya yang datang beserta sang putra, dr. Adam menghentikan sejenak permainan tenisnya bersama Renata. Ternyata sosok pria itu adalah dokter Lukito Firdaus, spesialis kandungan yang baru saja bergabung di Rumah Sakit Mitra Keluarga Patra. Renata berpikir nanti saja saat di rumah dia akan tanya lebih banyak tentang dokter baru itu pada dr. Adam, ayahnya.

Saat ini Renata lebih fokus pada laki-laki yang mendampingi si dokter yang ternyata adalah anaknya yang kuliah di Institut Energi Patra. Mereka berduapun diperkenalkan. Nama laki-laki muda itu adalah Devano Firdaus.Fokus Renata pada cowok yang datang bersama kolega ayahnya ini karena charisma Devano tidak pernah dia temui sebelumnya di SMA Kilamara Patra. Atau sebut saja selera Renata memang bukanlah cowok yang seumuran dengannya.

Devano tampak menatap ramah namun dengan pandangan yang agak tajam pada Renata. Sepintas matanya agak sulit bergeser dari paha Renata yang menggunakan rok tenis di atas lutut dan terkadang tersibak angin Sabtu sore. Tentu saja kemolekan eksposisi jenjang kaki Renata tidak lepas dari pengaruh lulur mangir yang rutin digunakannya setiap minggu. Lulur itu hasil racikan drg. Ratri sendiri yang memadukan beberapa bahan palawija yang dibelinya dari pasar tradisional untuk dia gunakan bersama sang putri. Renatapun menggunakan lulur racikan sang ibunda sejak dia mulai mendapatkan menstruasi pertamanya ketika kelas tujuh SMP.

Melihat perilaku suspicios Devano, bukannya merasa risih, Renata justru merasa tertantang. Dalam pikirannya berkecamuk, “apa hasrat ini yang dirasakan ayahnya pada Anita, perempuan selingkuhannya?”

Ada rasa menggelora yang menjulur di tubuh Renata, mulai dari mata, leher, dada, punggung, pantat dan berpusat di sesuatu di bawah pusar yang membuatnya ingin begitu didekap erat Devano dengan balutan otot-otot kencang cowok mahasiswa itu sekaligus bertarung melawan tatapan liar Devano yang sedang tidak diperhatikan oleh kedua ayah mereka yang tengah sibuk mengobrol urusan pekerjaan di Rumah Sakit.

Well, untuk urusan teknik perminyakan mungkin kamu lebih jago, but let’s see, gimana soal tenis… salam kenal Dev,” Renata mengalihkan hasrat birahi terpendamnya saat melihat Devano dengan menantangnya dalam hal olahraga, tenis tentu saja!

Lihat selengkapnya