THE PAGEANT: Brain, Beauty, Bitchaviour

Ardhi Widjaya
Chapter #25

#DukaUntukRenata

Semburat jingga dari ufuk timur mulai memancar. Garis batas kuning sudah terpasang di area rumah dr. Adam Jatikusumo yang berada di pemukiman jajaran elit perusahaan minyak Patra Manunggal. Mayat istrinya, drg. Ratri Damayanti masih tertancap menelungkup di atas pagar dengan mata terbelalak mengarah ke kamar Renata, sang putri semata wayang. Perlu tim khusus dari pihak Rumah Sakit dan kepolisian untuk proses evakuasi.

Renata sendiri sudah dilarikan ke UGD Rumah Sakit Mitra Keluarga Patra untuk mendapat penanganan psikolog klinis. Jiwanya terguncang meski tak mengeluarkan reaksi yang berlebihan paska menyaksikan bunuh diri ibunya, sehingga pihak rumah sakit tidak perlu memberinya penanganan medis. Tubuh Renata hanya terpaku kaku diam seribu bahasa. Namun dia terus didampingi tim rumah sakit untuk menghindari tindakan-tindakan agresif. Kondisi Renata tentu mengkhawatirkan, apalagi ayahnya sedang tidak ada di dekatnya. Orang-orang takut Renata akan bertindak di luar nalar, mungkin dia ingin menyusul ibunya.

Di atas meja belajar dalam kamar Renata, terletak tiara juara kontes kecantikan Adinda Kilamara yang baru dimenangkannya semalam. Kilaunya tampak indah terkena sinar mentari pagi dari balik jendela kamar Renata, meski sayang tak ada yang menyaksikannya.

Dalam diam dan kebekuannya, hati dan otak Renata mengutuk sang ayah yang selepas menyaksikan perayaan kemenangan Renata pada kontes semalam lalu pergi ke Semarang bersama si perempuan selingkuhan dan bahkan pagi ini masih belum dapat dihubungi. Mungkin raga sang ibu baru saja meregang nyawa, tapi tampaknya naluri sang ayah telah lama mati.

Di kota sekecil Kilamara, angin begitu cepat menyebarkan kabar sejak dulu bahkan jauh sebelum jaman media sosial seperti sekarang. Dedaunan di kota ini seperti memiliki telinga dan ranting-ranting pun bersuara, cepat sekali menyebarkan kabar.

Anita beranjak dari dekapan duvet cover hotel yang nyaman dan pelukan dr. Adam Jatikusumo lebih awal. Pria idamannya yang sudah beristri itu masih terlelap. Kemudian, Anita menyamankan dirinya dengan mengguyur sekujur tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan guyuran air shower yang hangat untuk membuatnya rileks sekaligus membersihkan diri dari aktivitas yang penuh gairah dan peluh semalam bersama dr. Adam.

Saat Anita keluar kamar mandi hotel, dr. Adam masih terlihat nyaman terlelap. Dengan rambut dibalut handuk dan mengenakan kaus serta celana pendek, Anita menyalakan water heater dan memanaskan air untuk membuat kopi. Sembari dia nyalakan HP yang di-charge semalam. Hari ini dia bebas untuk scrolling media sosial, meski Senin, cuti kali ini bersama dr. Adam di Semarang akan membuat harinya lebih menggairahkan.

Dia ingin mengecek instastory beberapa relasinya yang menonton malam final penobatan Adinda Kilamara semalam. Aroma kopi yang diaduknya menyeruak, dr. Adam sayup-sayup terbangun oleh aroma kopi bersamaan dengan Anita yang terhentak dengan banyaknya postingan Instagram di beranda-nya dengan hashtag #DukaUntukRenata dengan kabar ucapan bela sungkawa atas meninggalnya drg. Ratri Damayanti, ibunda Renata.

“Pagi cantik… udah seger aja kamu…” dr. Adam menyapa Anita dengan senyuman yang memesona. Alih-alih memberikan sambutan penuh gairah seperti yang diharapkan dr. Adam, Anita dengan tatapan tajam berkata “cek HP kamu sekarang…”

Lihat selengkapnya