Ketika memasuki rumahnya, Anita heran saat akan membuka pintu namun tidak terkunci. Terlihat Elijah terduduk di ruang makan, tampak di sampingnya ada segelas air putih yang sudah diminum setengahnya, lalu tangan Elijah sibuk menulis entah apa di buku jurnalnya.
“Kamu gak sekolah El hari ini?” Anita bertanya perlahan.
“Kami pulang pagi, semua guru akan melayat, kamu tentu tahu kan siapa yang meninggal?” Elijah masih terlihat sibuk menulis di atas jurnalnya meski dengan badan gemetaran.
“Mayatnya tertancap di pagar teh, teteh pasti ngerasa kan kalau kamu penyebabnya…” Elijah berkata lirih. Tenggorokan, hati dan jiwanya sakit semua.
“Ayah dan ibu Renata udah lama nggak bahagia bersama El bahkan sebelum aku datang ke kota ini, aku kan….” Belum selesai Anita berusaha menjelaskan sudah diputus oleh sang adik “CUKUP”. Elijah mematahkan pulpen yang digunakannya untuk menulis, matanya melotot tajam. Perlahan Anita mencoba melihat apa yang ditulis Elijah di jurnalnya.
Dada Anita begitu sesak saat membaca tulisan Elijah dengan huruf kapital:
AKU MAU MATI, AYAHKU KORUPTOR, KAKAKKU PELACUR, IBUKU MEMBUANGKU, AKU HINA, MENDING MATI AJA SEKARANG!!!
“Teh Anita minta maaf El” Anita memeluk tubuh Elijah yang bergetar sangat kencang, Anita turut merasakan guncangan itu yang membuat tubuhnya ikut goyah hingga mereka berdua terjatuh bersama.