The Painting On The Wall

Ma'arif
Chapter #2

Mengunjungi Kampung Kelahiran

Lukisan Misterius

Buuggg!!

Badan dan kepalaku membentur dinding kamar ketika hendak mengejar gadis itu. Aku pun sontak terbangun dari tidur.

Nafasku memburu, aku tarik nafas lalu mengembuskannya perlahan. Ku alihkan pandangan ke arah lukisan tersebut. Tidak ada yang berubah. Masih lukisan yang sama.

*****

Malam itu seperti biasa. Aku kembali mengerjakan tugas kantor di dalam kamar.

Sejam hingga dua jam ku lalui dengan relax di depan laptop. 

Tiba-tiba layar laptop padam kemudian hidup lagi. Padam lagi kemudian hidup lagi sampai ketiga kalinya layar laptop berubah menjadi lukisan yang di dinding.

Aku sangat terkejut! Ku palingkan wajahku ke arah lukisan yang Tertempel di dinding. Lukisan tersebut bergetar perlahan. Ku arahkan netraku kembali ke arah layar laptop. 

Lukisan tersebut hidup seperti sebuah video. Dan nampak jelas seperti kejadian dalam mimpiku semalam.

Gadis kecil dalam lukisan tersebut mengulurkan tangannya ke arahku lalu perlahan berubah menjadi seorang gadis cantik rupawan. Ia seperti mengucapkan beberapa kata hendak minta tolong. Disertai suara lirihnya memohon pertolongan.

Apakah ini mimpi? Ku cubit kulit tanganku, terasa sakit. Semenit kemudian laptop tersebut padam lagi lalu berubah kembali seperti semula.

Setelah mendapati fenomena tersebut, aku terus kepikiran. Apa maksud dari si pengirim? Siapa pengirim itu! Bagaimana ia bisa kenal aku? 

Begitulah segala pertanyaan memenuhi dalam benakku hingga aku kembali terlelap.

Esok paginya, sebelum aku berangkat kerja. Aku menurunkan lukisan tersebut. Lalu aku simpan dalam gudang. Karena aku sangat merasa terganggu dengan lukisan tersebut. Karena semenjak ada lukisan tersebut. 

Mimpiku selalu dihiasi kejadian-kejadian dalam lukisan tersebut. Seolah aku masuk ke dalamnya.

Namun, sepulang kerja setelah aku memasuki kamar. Ku lihat lukisan itu tergantung di dinding kembali seperti semula.

Aku bergegas kembali menurunkannya. Lalu aku bungkus dengan kain dan aku masukkan ke dalam kotak kayu dalam gudang dan aku timpa lagi kotak tersebut dengan kursi-kursi kayu yang usang.

Aku pun kembali melakukan aktivitasku seperti biasa. Tak berapa lama suasana kamar terasa mencekam. Suara angin berembus, lalu sayup-sayup aku mendengar rintihan suara wanita meminta tolong. Persis seperti suara gadis dalam lukisan. 

Dari dalam gudang terdengar suara gaduh. Seperti suara barang-barang berjatuhan. Bergegas aku langsung berlari ke arah gudang. Ku lihat pintu gudang sudah terbuka. 

Lihat selengkapnya