Diora menyesap Chatime-nya dengan penuh kenikmatan. Yang kurang hanya ayam geprek yang baru saja dia pesan karena tidak mau mengambil resiko kepedasan jadi dia berinisiatif memesan Chatime terlebih dahulu. Semuanya tentu saja dengan menggunakan uang virtual milik Diego. Ah sungguh enak sekali pekerjaan yang dia lakukan. Tak apa jika harus pulang lebih lama asalkan dia tidak harus menguras uang jajan demi Chatime dan makan.
Dua menit yang lalu Diego sengaja menepi untuk menghampirinya, ya supaya mereka terlihat natural sedang dekat. Tapi Diora tau jika Gilang tau yang sebenarnya terjadi. Cara cowok itu tersenyum dan melirik Diora ya sedikit... menyebalkan.
Teman-teman Diego pun membawa pasangan mereka. Ada dua orang cewek di yang duduk dua meter dari Diora, bercakap-cakap, terlihat sudah akrab. Jujur saja, obrolan mereka itu bukan Diora banget. Make up, boyband Korea dan segala macam perawatan tubuh. Apalah Diora yang lebih suka aktivitas fisik dan memandang Johny Depp.
“Lah udah lo mainnya?” tanya Diora ketika Diego menghampirinya dengan badan penuh dengan keringat. Cowok itu menaikkan bajunya hingga perutnya tersingkap karena panas.
“Istirahat dulu lah. Makanya main,” dengus Diego. Dia hendak mengambil Chatime dari tangan Diora tapi cewek itu dengan cepat menepis tangannya. “Pelit banget lo.”
“Yee, tadi gue tanyain mau apa gak, lo jawab gak mau. Lagian tuh bagusnya minum air putih.”
“Berisik lo. Makanannya udah dateng?”
“Udah.” Diora meilirik kotak ayam geprek di sebelahnya. “Lo mau makan juga?”
“Gak deh. Gue gak mau nyiksa lambung gue dengan level lima itu.”
“Ya bagus. Gue juga basa-basi doang. Awww!” Diora segera mengusap keningnya yang dijitak pelan oleh Diego. Dia mendesis. “Tangan lo borokan tau rasa.”
Diego berdecak, dia segera duduk di sebelah Diora. Tubuhnya begitu dekat hingga keringatnya saja sudah menempel ke pakaian Diora. “Lo bisa gak sih jaga mulut? Lo lupa kalo kita udah mulai perjanjian?” bisiknya tajam.
“Ih iya, iya. Sori. Lo jauhan deh. Keringet lo ngalir kayak dipakein pipa paralon.”
“Lo gak gabung ke sana?”
Diora melihat arah lirik Diego—pada dua cewek di sebelahnya. “Gak. Gue gak sefrekuensi dengan mereka. yang ada gak nyambung deh.”
“Ya iyalah. Secara, lo kan dari dunia lain,” kata Diego. Dia buru-buru menghindar dari serangan cubitan Diora. “Udah lo makan sana.”
Diora segera mengeluarkan sendok yang selalu dia bawa dari dalam tasnya. Diego menggeleng takjub. “Eh iya, jadi alasan lo waktu itu nanya gue ada pacar apa gak karena mau jalin kerja sama?”
“Iya. Tapi lo udah keburu GR, nyangka gue suka sama lo beneran. Sori nih, tapi gue masih waras,” ucap Diego sembari menyunggingkan senyum mengejek. “Pulang jam delapan kayaknya kita.”
“Oke. Gak masalah. Yang penting lo udah ijin sama orang rumah gue terus gue juga udah makan.”
“Lo gak risih apa kagak mandi gitu?”