Diora bergeming selama beberapa saat. Tubuhnya mendadak kaku. Lidahnya kelu. Dia tidak berani untuk menoleh sekadar melihat kedua mata Bagas. Alih-alih Diora beranjak mengambil tas dan juga jaketnya sebelum berlalu dari sana. Ketika dia menuruni tangga, sosok Diego memasuki kafe dan memanggil namanya namun Diora melengos memasuki toilet.
Apa tadi dia salah dengar? Bisa saja. Tidak mungkin Bagas berkata demikian meskipun dia yakin telinganya tidak bermasalah. Tapi tujuannya apa? Atau haruskah Diora kembali dan memastikan pada Bagas sendiri bahwa apa yang dia dengar itu salah?
Diora keluar dari toilet dengan rambut yang berantakan karena jemarinya. Dia melihat Diego yang duduk bermain ponsel dengan tampang santai. Cowok itu memang egois, tidak memedulikan dirinya yang jelas-jelas membutuhkan bantuannya.
“Lo udah gila gue rasa,” ketus Diora sembari menjatuhkan dirinya di kursi di seberang Diego. “Gue mau batalin kerja sama.”
Diego serta-merta mendongak dari ponselnya dan menelengkan kepala. “Ha? Lo kenapa sih? PMS?”
“PMS pala lo botak. Pokoknya gue gak mau kerja sama lagi! Titik. Salah. Seru!”
“Gak bisa gitu dong. Lo kenapa sih? Marah karena gue gak nganter lo ke sini?”
“Bukan masalah itu. Ah udahlah. Pokoknya gue gak mau lanjut.”
“Woi jangan gitu dong. Kan tadi lo udah ngeiyain, masa sekarang lo maen putus kerja sama sepihak gini.”
“Lagian kerja sama lo dan gue gak ada di atas materai dan pake notaris atau apalah. Jadi gue mau semaunya berakhir. Over. Lo, gue, end.”
“Gak bisa. Diora, lo coba deh cerita dulu asal muasalnya gimana sama gue. Gak ngerti beneran gue,” jelas Diego. Mencoba mencari jalan keluar. “Ayolah.”
Diora menghembuskan napasnya yang memburu. “Lo... mikirin gue gak sih atas perjanjian itu? Atau itu emang semata-mata buat keuntungan lo doang?”
“Ya gaklah. Gue juga peduli sama lo.”
“Oh ya?” Diora menaikkan satu alisnya mencemooh. “Lo tau, di sini ada Bagas dan gue... gak tau harus apaan.”
“Ha?” Diego melongo. Kemudian sosok yang sedang dibincangkan turun dari tangga. “Kenapa lo gak chat gue?”
“Gimana sempet, gue bantuin Kakak gue. Lo yang harusnya paham.”
Diego bangkit dari duduknya dan menggeser kursinya menjadi di sebelah Diora. ”Gue gak tau. Beneran. Lo jangan marah dong. Oke, gue bantuin lo abis ini.”