Diora menyelipkan kertas foto yang berisikan dirinya dan juga Diego kala mereka mengambil foto di photobooth kemarin. Mereka melakukannya dua kali agar masing-masing dapat menyimpan satu. Semalam Diora sudah mengunggah foto itu ke dalam bentuk story pada Instagram-nya. Tentu saja hal itu segera mengundang perhatian teman-teman sekelasnya.
Diora menyelipkan foto itu di antara kertas binder. Dia kembali menarik buku referensi tentang linguistik yang menjadi bahan kebingungan dan kesibukannya kini. Jam di pergelangan tangannya masih menunjukkan pukul sembilan, hal itu membuat Diora bingung dan tersadar jika jam itu mati. Ternyata kini sudah setengah jam berlalu dan Diora masih bingung dengan tugas yang diberikan oleh Miss Devi.
Rasanya Diora memang sedang kerasukan setan rajin karena suatu hal yang tidak mungkin terjadi padanya datang ke perpustakaan universitas untuk mengerjakan tugas alih-alih bergosip. Sayangnya tiga temannya tidak bisa datang karena Rahman dan Panji cukup malas untuk bangun pagi di saat jam pertama kuliah pukul satu, sementara Ani tidak ada kendaraan yang bisa dia pakai.
“Diora.”
Diora berjengit, bulu kuduknya nampak meremang mendengar suara yang sudah beberapa hari ini tidak dia dengar. Dia mendongak melihat ke kedua mata gelap milik Bagas yang seakan menelannya.
“Eh, Kak Bagas.”
Diora kikuk. Diora mati rasa.
“Lagi ngerjain tugas?” tanya Bagas. Ramah. Seperti sebelumnya. Seperti biasanya. Penampilan cowok itu rapi—memang selalu rapi—kemeja abu-abu dan celana jins.
“Emm iya Kak, tugas Linguistik dari Miss Devi.”
“Ada yang bisa saya bantu?”
Tidak. Diora tidak membutuhkannya tapi dia tak kuasa menolak ataupun mengusir Bagas. “Gak usah Kak, gue mau usaha sendiri. Kak Bagas ada urusan apa di sini?”
“Saya... cuma mampir aja. Sebenernya saya mau ngomong—nanya sama kamu lebih tepatnya.”
“Nanya apa, Kak?”
Bagas berdeham, merapikan duduknya lalu berucap, “Ntah gimana saya gak percaya kalo kamu punya hubungan dengan tetangga kamu. Dengan Diego.”
Diora menutup buku linguistik di depannya itu hingga berdebum pelan. Namun dia tidak berbicara.
“Apa yang pernah saya bilang sama kamu itu bener, Ra. Saya masih suka sama kamu dan saya masih sayang sama kamu. Saya... mau kembali sama kamu.”
Setelah beberapa waktu Diora berhasil melupakan sosok Bagas dan kini semuanya seakan kembali ke awal. Berputar, membawa Diora kembali ke tempat semula.
“Kak, gue hargain ucapan lo barusan tapi gue bener-bener gak bisa. Sekarang gue beneran udah sama Diego.”