Kamu pergi lalu meninggalkan separuh ragamu, dengan tujuan untuk mensuport apa yang ingin aku tuju.
***
Ternyata harinya hampir saja petang. Aku yang sedang melamun di areal balkon menatap sendu senja yang akan tenggelam dibalik gedung tinggi itu. Aku masih belum berani melihat tontonan dvd yang ada dihalaman terakhir buku milik Bumi. Aku takut tidak bisa mengikhlaskan kepergian orang yang aku sayang.
Namun, perintahnya kembali terngiang di dalam kepalaku. Hingga akhirnya aku berdiri, menuju kamar lalu menyetel dvd itu. Aku duduk di atas lantai yang beralaskan karpet bewarna merah darah. Memeluk boneka kecil yang diberi oleh ibu. Dvdnya menampilkan wajah Bumi, dia sedang duduk di atas brangkar rumah sakit. Selang infusnya sangat kentara saat Bumi menggoyangkan tangan kanannya hanya untuk sekedar menyapa. "Hallooo, Aileen," sapanya begitu riang dengan senyum yang terukir begitu jelas dibibir pucatnya.
Baju rumah sakit menandakan bahwa Bumi memang sedang sakit. Wajahnya yang pucat pasi membuatku tak tahan untuk menangis tersedu sedu. "Apa kabar, Ai? Pasti baik, kan? Aku ingin mengabarimu, tapi takut kalau kamu menanyakan keberadaanku ada di mana, aku tidak menginginkanmu untuk khawatir, Ai. Tugasmu tidak untuk mengkhawatirkan aku."
"Kamu sudah baca bukunya, ya? Maaf, baru bisa memberi tahumu sekarang. Kamu jangan marah sama Kasa, marahnya harus sama aku aja, ya? Oh, iya hari ini aku mau operasi, Ai. Doakan saja biar setelah operasi, komaku cepet selesai. Habis itu aku bisa menemuimu di Bandar Lampung. Tapi, aku yakin kalau kamu pasti kaget 'kan semisalnya kamu lihat penampilanku yang sekarang? Aku tidak ada rambutnya lagi, sudah hilang ditelan sama penyakitnya. Jahat ya? Hahaha..."
Kamu bisa saja tertawa lepas seperti itu. Tapi, kamu pasti takut banget karena kamu mau menjalani operasi, kan? Kamu berani di depan kamera saja, karena kameranya mau dijadikan dvd kemudian diberikan untukku.
"Ai, semisalnya aku udah nggak ada di semesta, jangan cari cari aku. Carilah orang baru yang jelas jelas ada dan jatuh cinta tulus kepadamu. Kamu tidak akan patah hati karena aku pergi, kan? Jawabannya jangan sampai! Kamu jangan nangis lihat video ini. Sudah dewasa jangan menangis melulu, kalau menangis kamu nggak akan punya teman," ujarnya lalu menampilkan gigi rapihnya di depan kamera.
Aku emang tidak punya teman dikota manapun. Karena aku takut kalau sewaktu waktu, temanku hilang kaya kamu.
"Jangan menyalahkan takdir, Ai. Nggak baik. Kalau Tuhan dan semesta tahu, pasti akan menghukummu. Jangan menangis, aku tidak suka melihatmu menangis gara gara aku. Sudah ya? Kali ini, kamu harus dengarkan aku baik baik," dia mwnghirup nafasnya dalam dalam.
"Barangkali aku tidak punya waktu untuk bertemu denganmu, aku akan memberimu kejutan," ia mengambil sesuatu di atas nakas yang ada di samping brangkar tempat ia istirahat.