Sajak Derai Ombak

Bernika Irnadianis Ifada
Chapter #22

Malam dan Rindu

Manusia diciptakan Tuhan untuk apa? Saling mengenal? Saling mencintai? Namun, kenapa masih saling menyakiti lalu patah hati?

***

Saat itu, aku pernah diberikan luka dan benar benar luka. Memperolehnya dengan tanpa. Namun, yang ku bingungkan kenapa aku tidak merasakan patah hati seperti Bumi meninggalkanku? Apa karena Devan masih koma? Serta belum menjelaskan semua tentangnya yang kini membuatku mengenal luka?

Semesta, Tuhan, dan alam keabadian, aku mohon berikan suara itu untuk pemiliknya kembali. Berikan kakinya untuk dia yang sudah lumpuh. Berikan raganya agar tetap hidup bersamaku. Devan belum pernah merasakan yang ku rasakan saat ini. Dia pasti bangga menjadi orang yang paling kesulitan dalam artian jatuh cinta. Dia juga memberikanku buku puisi yang hanya terdapat tiga buah puisi dan yang lainnya akan ku tagih nanti.

Berikan aku kepastian untuk memiliki sesuatu, Tuhan. Karena aku ingin mencintai seseorang itu begitu tulus. Mencintai hatinya agar menjadi satu padu, mencintai raganya yang selalu memeluk tubuhku, dan mencintai suaranya saat dia membisikkan kalimat cintanya ditelinga kananku. Akan ku habiskan nanti waktuku kalau dia sudah berani membuka matanya dan akan ku berikan dia kecupan pertama karena sudah membuka matanya.

And God I have fallen in love with your creation. So give him one time to open his eyes in the universe.

"Hei?"

"Kok melamun sih?"

Suara Kasa membuatku cepat cepat untuk menutup laptopku. Dia memberikan satu cup cappucino kesukaanku. Tahu sekali kan? Karena dia kembarannya Bumi.

"Ternyata Dev sudah punya tunangan," kataku.

"Jangan ngaco. Dia kan masih koma, masa iya sudah punya tunangan. Ngomongnya kapan?" dia terkekeh pelan.

Lihat selengkapnya