Pernah berpikir satu kali, untuk apa jatuh cinta kepada orang yang sama sekali nggak pernah jatuh cinta balik kepada kita? Dan jawabannya hanya satu, ternyata kita yang salah saat menentukan dia cinta apa nggaknya kepada kita.
***
Lambat laun aku sering sekali diajak Dev untuk pergi mengelilingi kota tempat tinggalnya. Kemarin, dia mengajakku ke suatu tempat. Tempat yang sering dikunjungi oleh banyak orang. Dia mengajakku ke tempat yang bernama 10 Corso Como. Terdapat bunga bunga yang dipajang juga tempat duduk untuk sekedar duduk atau menikmati bunga bunga yang ada di sekitarnya.
Sesekali juga aku mengajari ia untuk berbahasa isyarat. Dengan mempelajari itulah, Devan menjadi orang yang bisa menggunakan bahasa isyarat seperti orang orang teristimewa di luaran sana. "Dev, sepertinya kamu semakin pandai soal bahasa isyarat ya?"
Devan tersenyum lalu menggerakan semua jari jari tangannya sebagai alat bicara. "Sudah pandai sekali. Karena setiap harinya diajarin sama gadis cantik yang terjebak di bumi," aku hanya terkekeh.
"Mau nanya. Kemungkinan hal yang kamu hadapi sekarang, apakah bisa buat sembuh?"
"Nggak tahu, Ai. Kemungkinan kemungkinan itu bukan sesuatu yang masuk ke dalam rencanaku sekarang. Memang kenapa? Kamu nggak suka aku seperti ini?"
Aku langsung menggeleng gelengkan kepalanya serta menggerakkan jari jari tanganku. "Dev, aku suka semua yang ada dikamu. Tapi, satu hal yang aku nggak suka dari kamu, tiba tiba kamu nggak mau berinteraksi sama aku. Sebenarnya kamu kenapa? Kamu masih marah sama aku? Atau, atau kamu udah bosan sama kehadiranku?"
Devan tak menjawabnya. Pria itu memandangku sekali lalu menuliskan sesuatu dibuku saku yang sering digunakan untuk alat berbicara yang kedua.
"Dev?" Tanganku menyekal kedua tangannya. Menggenggamnya erat serta menatap matanya yang sedang menatap mataku juga.
Kita ke tempat yang ketiga kalinya lagi, mau?
Lagi lagi dia mengalihkan pembicaraan.
Tulisan itu membuatku menghembuskan nafasnya pasrah. Lalu berdiri dari jongoknya dan mendorong kursi rodanya menuju tempat yang sudah menjadi tujuan awal kita.
Ternyata Devan membawaku ke sebuah asrama tempat yang dulu sering ku tuju saat aku sedang bekerja. Banyak murid muridku di tempat ini. Mereka berbondong bondong berlarian ke arah kita. Memberikan sapaan yang sudah sekali aku rindukan. Tapi, Jessy di mana? Dia sudah sembuh 'kan?