The Perfect Brother

Luna Luvia
Chapter #4

Tamu di Sore Hari

Dina terbangun di sore hari. Ia merasa tubuhnya sudah mulai membaik. Suara dari ruang tamu menarik perhatiannya untuk keluar dari kamar. Ia mengintip dari pintu kamarnya. kakek dan nenek sedang duduk di ruang tamu berbincang dengan dua orang pria. Entah siapa itu, tapi Dina merasa belum pernah bertemu dengan mereka sebelumnya. Nenek berdiri membalikkan badan, sepertinya hendak pergi ke belakang. Melihat Dina yang mematung di pintu kamar, nenek menegurnya.

"Dina, sudah bisa bangun?" nenek berjalan cepat ke arah Dina. "Ayo ke depan, ada kakakmu... Kamu ingat tidak?"

Kakak? Sejak kapan Dina memiliki kakak? Dina adalah anak tunggal, ia juga hanya memiliki dua orang adik sepupu dari keluarga ayahnya, sedangkan dari keluarga ibunya tidak ada karena kakek dan nenek hanya punya satu anak. Dina hanya diam mengikuti nenek yang memapahnya ke ruang tamu sambil terus berpikir keras, kakak siapa yang dimaksud oleh nenek.

"Ini Dina baru bangun, ayo salaman dulu," pinta nenek.

"Ah, tidak usah, Nek. Dina kelihatannya masih pucat, biar dia duduk saja di situ," ujar seorang pria muda yang duduk di sebelah kakek.

Kakek mendekat dan bertanya, "Kamu kenal nggak sama dia?" sambil menunjuk ke pria muda itu.

Dina memperhatikan pria itu dari ujung rambut sampai kaki. Pria itu tampaknya jauh lebih dewasa daripada dirinya. Tubuhnya jangkung, dengan rambut dan pakaian yang rapi, sepertinya pria itu rajin merawat diri. Namun, raut wajahnya datar, membuat orang yang baru pertama bertemu dengannya merasa sedikit tidak nyaman.

Dina menggelengkan kepala, "Enggak, Kek."

Kakek tersenyum kepada Dina dan mengambil album foto yang ada di meja lalu membukanya. Dina diam memperhatikan apa yang ingin kakeknya tunjukkan. Kakek berhenti dan menunjukkan sebuah foto kepada Dina.

"Kamu ingat dulu waktu kamu masih kecil pernah buka album ini, kan?" tanya kakek.

"Eum... Iya, memang kenapa?" Dina balik bertanya karena masih belum bisa mencerna maksud kakek.

Kakek mengarahkan jari telunjuknya ke gambar seorang anak laki-laki yang berdiri di samping ayahnya, "Kamu dulu pernah bertanya-tanya siapa anak ini, kan? Nah, anak inilah yang sekarang duduk di samping Kakek."

Dina menoleh ke pria muda di samping kakeknya. Berkali-kali ia memperhatikan foto itu, kemudian menoleh lagi ke pria itu untuk memastikan apakah mereka sungguh orang yang sama. Anak laki-laki di foto itu gemuk dengan kulit sawo matang, sementara pria muda yang sekarang duduk di samping kakeknya memiliki tubuh ramping dan kulit yang putih.

"Pangling, ya kamu?" tanya kakek sambil tertawa kecil.

"Memang banyak juga yang pangling dengan saya yang sekarang. Dulu badan saya gemuk dan gelap sekali," ujar pria itu.

"Gimana, Din, sudah ingat belum?" tanya kakek lagi.

"Kalau fotonya sih sudah, Kek, tapi Dina belum tahu sampai sekarang kakak ini siapa," tutur Dina.

Kakek menghela napas dan mulai menjelaskan, "Ini namanya Andra. Dulu ayah dan ibumu pernah merawat Andra, ya, kurang lebih sekitar empat tahun. Sampai kemudian Andra dijemput kembali sama keluarga besarnya. Jadi, secara tidak langsung Andra ini kakakmu."

"Oh... Tapi, kenapa Dina nggak pernah dikasih tahu?" tanya Dina.

Lihat selengkapnya