The Perfect Brother

Luna Luvia
Chapter #8

Jebakan Tikus

"Loh, Dina mau ke mana?" tanya kakek melihat Dina yang seketika pergi meninggalkan ruang makan setelah menghabiskan makanannya.

"Mau ke kamar Kek, Dina ngantuk mau cepet-cepet tidur," jawab Dina.

"Tumben kamu langsung tidur, biasanya begadang.." ujar nenek.

Andra tersenyum tipis, "Ya mungkin Dina capek kan? Gak biasa perjalanan jauh.."

Dina mengangguk dengan semangat, "Iya Kak. Aku capek banget jadi cepet ngantuk deh."

"Yaudah kamu istirahat saja dulu. Kakek sama nenek masih mau ngobrol-ngobrol dulu sama kakakmu," ujar kakek.

"Iya kek, Dina istirahat dulu ya," ujar Dina kemudian pergi ke kamarnya.

Dina masuk kamar dan mengunci pintu. Ia mendengus kesal tiap kali mengingat kakek dan neneknya sibuk mengobrol dengan Adrian sampai seakan melupakan kehadirannya. Ia berbaring di atas kasur sambil mendengarkan lagu dari ponselnya. Sesekali ia memeriksa chat yang mungkin masuk walaupun saat ini ia tak punya teman dekat seperti dulu lagi. Dina memandangi foto lama bersama teman-teman SMP-nya. Jika saja ada mesin waktu, ia sangat ingin kembali ke masa itu, bertemu dengan teman-teman dan bergembira sepanjang harinya.

Setelah beberapa jam berlalu, Dina terbangun dari tidurnya. Ia merasakan tenggorokannya teramat kering. Tangannya meraba-raba kasur untuk mencari ponsel yang tadi ia bawa sebelum tidur. Tampak jam pada ponselnya menunjukkan pukul 02:00 dini hari. Sejujurnya Dina sangat malas untuk beranjak dari tempat tidur karena biasanya ia akan susah tidur kembali jika terbangun di dini hari. Akan tetapi dahaga itu tak dapat ia tahan lagi, tenggorokannya benar-benar kering seakan mulai meradang. Dengan berat hati ia pun beranjak dari tempat tidur dan menuju dapur untuk mengambil air sembari berharap bisa tidur kembali setelah ini.

Saat Dina meminum segelas air di dapur, matanya tak sengaja melihat ke arah rak yang ada di ujung dapur. Di sebelah rak itu terdapat sebuah jebakan tikus yang masih kosong. Melihat itu Dina tak begitu menghiraukan dan segera kembali ke kamar setelah menghabiskan air di gelasnya. Ketika melewati ruang makan, Dina mendengar sesuatu yang berdecit. Ia melihat sekeliling mencari sumber suara hingga menemukan bahwa suara itu berasal dari halaman samping dekat ruang makan yang hanya dibatasi dengan pintu kaca. Dina membuka pintu kaca itu dan menyalakan lampu halaman samping.

Saat lampu menyala betapa terkejutnya ia melihat ada banyak jebakan tikus yang di pasang mengitari halaman samping. Dina tak menghitung jumlah pastinya, tapi yang jelas terdapat sekitar tujuh sampai sepuluh jebakan tikus terpasang dengan salah satu jebakan yang telah berhasil menjerat seekor tikus. Mata Dina terbelalak beberapa saat dengan jantung yang terus berdegup kencang.

"Ngapain di sini?"

Dina dibuat makin terkejut dengan suara seseorang yang tepat berada di belakangnya. Ia berbalik dan terjatuh melihat Adrian dengan tatapan tajam dan penuh amarah seperti hantu yang ingin membalaskan dendamnya. Dengan napas terengah-engah Dina bangkit dan balik menatap Adrian dengan sinis.

Lihat selengkapnya