The Perfect Brother

Luna Luvia
Chapter #12

Gelagat Aneh

Sepanjang sore Dina hanya berbaring lesu di atas sofa. Matanya menatap lurus layar televisi namun otaknya masih sibuk memikirkan tentang ruang bawah tanah itu. Rasa takut menyelimutinya diiringi dengan rasa penasaran yang amat besar. Seumur hidup tak pernah terpikirkan olehnya akan menemukan ruang bawah tanah seperti di film-film horor. Dina membalikkan tubuhnya mengintip kamar itu dari pinggiran sofa. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya.

Apakah Andra mengetahuinya? Atau bahkan tidak tahu sama sekali.

Tapi tidak mungkin. Ia baru saja mengambil barang dari lemari itu kemarin.

Untuk apa ruangan itu dibuat? Siapa yang membuatnya?

Atau jangan-jangan Andra berbohong?

Apa dia berbohong dengan alasan mengambil barang padahal ia masuk ke ruang bawah tanah itu?

Atau ia benar-benar mengambil suatu barang rahasia agar Dina tak mengetahuinya? Tapi sepenting apa barang itu sampai-sampai ia harus berbohong?

Semakin dipikirkan, semakin banyak pertanyaan baru tercipta dalam pikirannya. Dina merasa kepalanya semakin pusing meskipun ia terus penasaran dengan semuanya. Sesaat kemudian ia mengambil ponselnya dan membuka kontak telepon mencari nomor Andra. Tepat sebelum ibu jarinya menyentuh tombol telepon tiba-tiba bel rumah berbunyi. Dina beranjak dari sofa bergegas ke ruang tamu untuk mengintip dari jendela melihat siapa yang datang Tampak Andra berdiri di luar pagar sambil sesekali memencet bel rumah. Dengan kebingungan Dina keluar menghampiri Andra.

"Ada apa Kak kok tiba-tiba ke sini?" tanya Dina.

"Ini mau taruh barang yang kemarin aku ambil," jawab Andra.

"Oh gitu ya, yaudah masukin dulu Kak mobilnya."

"Ah, gausah sebentar aja kok. Cuma naruh ini aja nanti aku langsung balik lagi,"ujar Andra.

Andra mengeluarkan sebuah koper hitam dari bagasi mobilnya lalu masuk ke dalam rumah. Dina mengikuti Andra dari belakang memperhatikan ke mana Andra membawa koper itu. Andra masuk ke kamar kecil dan membuka pintu lemari gantung yang merupakan pintu masuk ke ruang bawah. Dina hanya diam dan memperhatikan dari kejauhan. Tak lama setelah itu Andra memanggilnya. Dina mulai ketakutan. Ia khawatir Andra tahu kalau ia masuk ke ruang bawah tanah itu. Segala hal berputar dalam otaknya hingga tiba-tiba ia mengambil sebuah gunting besar yang entah dari mana asalnya dan berjalan menuju tempat Andra berdiri.

Andra menoleh ke arah Dina yang terlihat menghampiri dengan tatapan kosong. "Kamu kenapa? Sakit?" tanya Andra.

"Gak," jawab Dina dengan datar.

"Yaudah sini, aku mau kasih tau sesuatu," ujar Andra.

Dina mendekat sambil mengeratkan genggamannya dengan gunting yang masih ia bawa di belakang punggungnya. Andra seakan menunjukkan koper besar yang ia letakkan di atas permukaan lemari yang Dina tahu bahwa itu adalah pintu masuk ke ruang bawah tanah. Namun, ekspresi Andra tampak biasa saja seakan semua ini normal.

Andra menepuk koper itu sembari berkata, "Koper ini jangan sampai hilang ya, jangan dipindah-pindah juga. Biar aja di sini, biar aku gak susah-susah cari kalau butuh sewaktu-waktu. Ok?"

Dina mengangguk, "Iya Kak. Tapi.."

"Kenapa?"

"Emang isinya apa sih?" tanya Dina.

Lihat selengkapnya