Namaku Florensia, panggil saja aku Flo. Tahun ini aku berumur 22 tahun. Bisa dibilang, umur 22 tahun adalah waktu dimana seorang pelajar berada di masa penantian sidang skripsi dan sibuk mendapat gelar sarjananya yang sudah ditempuh hampir 4 tahun itu. Sembari mengisi waktu mengerjakan skripsi, aku sudah sering melakukan kerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhanku sendiri.
Disamping segala aktivitasku, aku memiliki sosok pendukung selain orang tua, yaitu Josh, pacarku. Kami sudah berpacaran selama 5 tahun dimulai sejak SMA. Kami sering menghabiskan waktu bersama walau berbeda jurusan. Hubungan kami selalu mesra, hingga teman-teman kampus sudah tak heran lagi ketika melihat kami. Menurutku, Josh adalah pria yang pengertian.
“Flo, tuh pacar kesayangan udah nunggu di kantin,” ucap salah satu rekan satu angkatan yang menyapaku seusai menghadap dosen pembimbing.
"Oh ya? Aku kesana deh," Dengan semangat aku terburu berjalan ke kantin kampus agar segera menemui Josh.
Saat tiba di area kantin dan melihat sekeliling untuk menemukan sosok Josh, tiba-tiba ada seseorang yang merangkul bahuku dari belakang. "Eh, ada cewek cantik nih. Siapa sih namanya?"
Dengan sipu tawa, aku membalas, “Apaan sih, Josh.”
Josh tersenyum lebar menatapku. Aku membalas senyumnya itu. Josh adalah tipikal cowok yang santai, terkadang sedikit cuek, namun charming. Dulu saat SMA, dia tergolong anak biasa saja dan tak memiliki banyak teman, namun semenjak kuliah dia menjadi lebih terkenal di fakultasnya. Josh sendiri berada di Fakultas Teknik Pangan, sedangkan aku berada di Fakultas Desain, jurusan Desain Komunikasi Visual.
"Flo, gini, aku mau ngomong soal nge-date kita nanti malem nih,” ucap Josh yang duduk di hadapanku, menemaniku melahap makan siang dengan sekaleng sodanya. “Kita undur gimana? Ganti hari."
"Kenapa? Ada kuliah malem? Enggak kan?" Aku menjawab dengan sesendok nasi goreng yang sudah ada di dalam mulutku.
"Enggak sih. Ya biasa, boys meet up. Nggak apaya? Janji deh besok aku traktir 1 mangkuk ice cream," tawar-nya berusaha menghiburku.
"Yaudah deh nggak apa. Ganti lusa ya?" Aku menerima dengan santai setelah berpikir sejenak, karena aku juga bukan tipikal yang terlalu mengekang pacar. Apalagi aku juga sudah sering berdua dengan Josh, jadi aku membiarkan dia kumpul dengan teman-temannya.
Josh terlihat senang dan mencubit pipi kananku sambil berterima kasih. Dengan tawa ringan aku protes akan cubitan-nya itu. Aku dan Josh lanjut berbincang membahas projek skripsi masing-masing dan rencana kencan kami yang diganti lusa. Setelah selesai makan, kami berpisah karena terdapat urusan masing-masing.
Lalu hari menjelang sore, aku memutuskan untuk kembali ke rumah kos. Sambil berjalan sendiri menyusuri pinggir jalan yang sampingnya dilewati banyaknya transportasi, pikiran kosongku membuatku sedikit menyesali keputusanku untuk mengubah jadwal kencan dengan Josh. Aku menjadi tidak ada acara apaoun sore ini karena sudah kusediakan untuk kencan dengan dia sebelumnya. Aku mengehela nafas, yah mau bagaimana lagi, sudah terlanjur. Masih berjalan sambil berpikir, aku teringat bahwa uang jajan yang kumiliki untuk bulan ini sudah menipis. Mau tak mau, aku harus segera mencari uang tambahan.
Sesampainya di rumah kos, aku segera browsing pekerjaan di internet sembari merebahkan diri di kasur. Tepat saat sedang asyik mencari, terdapat logo perusahaan desain terkenal yang menarik perhatianku.