The Perfect Man

yelartcreation
Chapter #2

A Cup of Coffee

"Selamat datang di E.I.C company of advertising and design, ada yang bisa saya-," sambutan kakak resepsionis itu terhenti saat melihat wajahku.

Aku tersenyum kaku. Pasti penampilanku terlihat sangat kacau.

Kedatanganku kembali ke kantor ini adalah kabar baik ditengah buruknya situasi semalam. Ajaibnya, tidak sampai 24 jam, aku sudah terpanggil untuk interview di perusahaan EIC ini. Aku mendapat panggilan wawancar mendadak tepat di malam aku menangis setelah apa yang terjadi denganku dan Josh. Namun karena tangisan kemarin, mataku menjadi bengkak dan wajahku terlihat pucat. Bahkan make-up yang sudah kukenakan juga seperti kurang ampuh menutupi mata bengkak-ku ini.

“Kemarin saya diminta agar menemui Ibu Gabby untuk wawancara,” jelasku.

"Oh wawancara ya? Mohon ditunggu dulu. Manajer kami sebentar lagi akan datang."

Manajer? Aku meneguk ludah. Jadi aku akan diwawancarai langsung oleh manajer?

Aku-pun menuruti kata resepsionis itu dan duduk di ruang tunggu. Tak lama, seorang wanita anggun memasuki pintu kantor. Dengan setelan jas berwarna pink nude, sepatu hak warna senada, dan rambut ikal warna abu tergerai disampirkan ke salah satu sisi bahunya, wanita yang nampak wibawanya itu mengundang pandangan orang seisi ruangan.

"Selamat pagi, bu," sapa petugas resepsionis. Mendengarnya, aku reflek berdiri. Dia-pun juga membalas sapa resepsionis itu kemudian menanyakan kesiapan ruangan untuk wawancara.

Setelah mendengar jawaban balik dari kakak resepsionis, dia melihat ke arahku yang berdiri dari tadi lalu bertanya. “Selamat pagi, ada keperluan apa?”

"Oh halo, selamat pagi. Nama saya Floren, saya melamar sebagai part-timer.” Aku langsung memperkenalkan diri.

"Oh, okay. Mari, ikut saya." Ucap ibu manajer itu to the point. Aku mengikutinya kemudian.

Berjalan mengikuti Ibu Manajer ini dari belakang, aku mulai memasuki ruangan kerja kantor. Aku yang seharusnya sudah terbiasa dengan pemandangan tempat kerja anak desain, tetaplah terpukau dengan apa yang ada di depanku sekarang. Tersedia alat-alat teknologi baru yang memadai, suasana kerja tampak nyaman dan santai, terdapat pula spot semacam cafe untuk tempat istirahat. Wow!

Hendak memasuki ruangan wawancara yang sudah di siapkan, aku mendengar suara sambutan dari beberapa pegawai kepada seseorang yang baru saja datang, "Selamat pagi, Pak."

Pria itu-pun membalas sapaan mereka sambil berjalan menuju ruangan-nya. Saat ku cermati orang itu, aku merasa ada yang mengganjal. Rasanya aku pernah lihat, aku berpikir keras.

Melihat aku mengamati pria yang baru saja lewat, Ibu Manajer ini langsung menjelaskan, “Oh, biar kuberitahu terlebih dahulu. Dia Eric, CEO kita disini."

Detik Ibu Manajer bernama Gabby ini menjelaskan, seketika aku sadar bahwa pria itu adalah pria yang terkena tumpahan kopiku semalam! Aku mendadak sangat panik dalam hati. Untung pria itu belum melihatku.

"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Ibu Gabby menggugah pikiranku.

Menjawab seolah semuanya baik-baik saja, aku mencoba tenang. Aku berusaha melupakan kejadian semalam dan kembali fokus dengan kesempatan besar yang ada di depanku sekarang ini.

***

“Kalau kamu diminta kerja besok, kamu gimana?”

“Dengan senang hati, Bu. Saya memang sudah siap untuk membantu dan bekerja disini,” jawabku percaya diri sembari menambahkan sedikit cerita mengenai kebutuhan yang kuhadapi.

Gabby lanjut menjelaskan tentang struktur organisasi dalam perusahaan EIC ini dan kontrak kerja selama 6 bulan. Dia juga menjelaskan bahwa sistem rekruit kali ini akan sangat cepat karena sedang dibutuhkan banyak asisten, seperti yang sudah dikatakan kakak resepsionis sebelumnya.

Lihat selengkapnya