"Selamat pagi!" ucapku riang.
Kali ini aku yang menyapa dahulu kakak resepsionis yang ada di kantor EIC ini. Kakak resepsionis bernama Elsa ini tersenyum kembali padaku. “Tanda tangan kontrak ya? Selamat ya! Tunggu dahulu, antri banyak nih.”
“Iya, siap,” jawabku kemudian duduk diantara beberapa orang yang rupanya calon pegawai resmi perusahaan EIC sama sepertiku.
Penandatanganan kontrak ini diagendakan dua hari setelah aku menjalani wawancara. Aku diberi kabar bahagia sehari sebelumnya, betapa senangnya aku. Bahkan karena saking senangnya, aku tidak memikirkan apa yang terjadi denganku dan Josh sama sekali.
Kantor EIC masuk ke jam istirahat namun antrian penandatangan kontrak masih ada dalam hitungan jari, termasuk aku. Aku memutuskan ke toilet untuk merapikan diri kembali. Kebetulan sekali dalam perjalanan menuju ke toilet, aku melewati ruangan utama perusahaan ini, ruangan bapak Eric, CEO EIC Multimedia Company. Aku berhenti untuk mengamati. Melihat nama gelarnya saja pasti dia sudah bangga sendiri, pikirku. Hendak lanjut pergi ke toilet, suara dari dalam ruangannya membuatku kembali berhenti.
"Sebenarnya apa hubunganmu dengan calon pegawai itu?" Suara wanita terdengar.
"Oh, kukira kamu kesini untuk memberi beberapa dokumen penting. Kenapa sekarang bertanya hal lain?" suara Eric menjawab sinis.
“Aku diberitahu si resepsionis, katanya kau pergi dengan calon pegawai, ngapain?” tanya wanita itu lagi. “Dia baru saja melamar disini, Eric. Apa kamu yang suruh dia? Dia kenalanmu?”
“Gabby, seriously, kita ada di kantor,” jawab Eric.
Aku terkejut dan menutup mulut dengan tanganku. Gabby si Ibu manajer itu kan?
"Kau sudah tak ada hubungan lagi denganku, jadi kau tak perlu tahu urusanku lagi,” balas Eric.
Aku semakin terkejut. Jadi mereka pernah memiliki hubungan? Dan yang dimaksud calon pegawai itu siapa? Apa aku?
Merasa takut kepergok yang lain bahwa aku mencuri dengar, aku segera berjalan cepat menuju toilet.
***
Penandatanganan kontrak kerja selesai, aku berjalan keluar kantor. Untungnya aku tidak berhadapan dengan Gabby kembali dalam tanda tangan kontrak, kalau iya mungkin spontan aku akan sangat kikuk. Bisa dibilang aku jadi penasaran soal mereka berdua, Eric dan Gabby, atasan di perusahaan ini, punya sejarah hubungan. Kalau dilihat, mereka pasti sangat serasi bila berdiri berdampingan.
Pemikiran-ku itu tergugah ketika aku mendengar suara sapaan yang tidak asing lagi. “Hei, Flo,”
"J-Josh?!" Kedua mataku membelalak sangat. “Kok kamu bisa disini, sih?!”
Josh menjelaskan dia tahu aku akan bekerja disini dari temanku. Dia lalu berniat membahas kejadian yang sudah terjadi beberapa hari yang lalu.
“Jika kamu mau membahas soal kemarin aku ogah," Aku membatasi.