Admaspheria, Jumat 1 Juli 2050
“Panjang umur, Yang Mulia Ailia Anandta!” seru semua orang yang hadir di sini.
Gemuruh tepuk tangan terasa begitu mendebarkan, menggetarkan hati. Hela napas penuh kelegaan akhirnya terembus bersama dengan senyum yang mengutaskan lepasnya beban dari dalam diri.
“Terima kasih, sekarang aku bisa memanggil kalian Rakyat Admaspheria,” ujarku seraya memberikan hormat kepada masyarakat yang hadir di sini.
Hanya sebagian kecil masyarakat yang datang ke tempat ini. Sebagian besar dari mereka memilih untuk membangun kembali wilayah-wilayah yang telah hancur karena peperangan besar sejak tahun 2030.
Raga ini lalu turun dari podium, tetapi suara sorak sorai penuh suka cita masih saja menggema. Mereka terus mengelu-elukan dedikasi dan determinasiku dalam membangun ulang semua negara Asia Tenggara tanpa pernah meminta imbalan.
Namun, bukankah menjadi penguasa di negeri sebesar ini juga adalah bentuk imbalan?
Mereka memercayakan pengelolaan negeri sebesar ini di tanganku. Pada pemimpin negara yang telah hancur dan terdampak oleh peperangan besar telah memandatkan semuanya kepadaku. Mereka percaya kegeniusan otak ini bisa mengubah segalanya menjadi lebih baik.
“Yang Mulia,” panggil salah satu komisaris di Dewan Superlatif Absolut.
Aku menggeleng pelan. “Tidak perlu panggilan itu, cukup Ailia.”
Ia tersenyum. “Anda selalu rendah hati, Nyonya Anandta.”
Aku menggeleng lagi. “Ailia saja, tidak perlu panggilan formal.”
Ia tertawa kecil. “Ingatlah, Anda sudah berusia 60 tahun, meskipun wajahmu masih seumur mahasiswa.”
Kubalas tawa itu dengan wajah yang panas. “Wanita mana pun di dunia pasti menyukai menjadi awet muda. Aku pun demikian.”
Ia lalu duduk di seberang raga ini. “Baiklah, saya hanya ingin memastikan seluruh rancangan struktur pemerintahan yang akan dijalankan.
“Anda membuat sistem pemerintahan bikameral dengan Dewan Superlatif Absolut sebagai dewan tinggi, sementara Lembaga Negara sebagai dewan rendah. Namun, saya masih belum memahami konsep yang Anda akan gunakan.”
Aku mengangguk. “Dewan Superlatif Absolut, sesuai dengan penamaannya. Dewan ini absolut, tidak ada kekuasaan yang bisa menggulingkan dan menjatuhkan dewan tinggi karena sudah disebutkan di Undang-Undang Dasar 2050.
“Selanjutnya, Lembaga Negara ada 5, Presiden, Perundang-Undangan, Kejaksaan dan Peradilan, Inpektorat dan Pengawasan, serta Keuangan dan Pembendaharaan.
“Sudah lama pemerintahan dunia menggunakan konstitusi berbasis trias politica, di mana ada eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sementara negara ini akan menambah dua elemen baru, yaitu inspektorat dan keuangan.”
Ia mengangguk lalu menatap serius. “Mengapa harus ada inspektorat dan keuangan? Seharusnya lembaga negara tersebut berada di bawah eksekutif.”
Aku menggeleng pelan. “Karena saat ini kita belum memiliki sumber pendapatan dan sistem moneter yang stabil.”
“Lalu, bagaimana dengan pajak dan sebagainya? Bukankah itu bisa menjadi sumber pendapatan negara?”
“Apakah kau ingin membebankan orang-orang yang baru saja kehilangan keluarga, tempat tinggal, dan pekerjaan dengan pajak? Cadangan logam mulia yang kita miliki masih cukup untuk membiayai negara.”