Admaspheria, Sabtu 2 Juli 2050
Tatkala sang Sol belum tampak di ufuk timur, raga ini telah terjaga sepenuhnya dan sibuk di depan peladen rangka utama. Semenjak kecelakaan itu, aku tidak pernah tidur lebih dari empat jam sehari. Tubuh ini selalu saja sering terjaga, bahkan sempat tidak terlelap beberapa hari saat melakukan bantuan kemanusiaan.
Namun, aku tidak pernah merasakan kelelahan. Segalanya terasa begitu mudah sejak saat itu. Sehingga aku bisa melakukan banyak kegiatan bermanfaat setidaknya bagi kemajuan negara ini.
Mata ini tidak henti-hentinya memperhatikan seluruh data yang dihimpun ketiga anakku sejak kemarin. Hal yang harus kulakukan pertama kali adalah memperbaiki sekolah dan fasilitas kesehatan.
Tidak ayal, sejak dua dekade terakhir sekolah banyak ditinggalkan oleh generasi saat itu. Mereka lebih memilih pergi ke tengah hutan untuk menghindari krisis.
Sayangnya, dengan keterbatasan akademis dan finansial, mereka tidak bisa bertahan lama. Banyak dari pengungsi akhirnya harus kembali mencari penghidupan di kota yang saat itu sudah hancur akibat dampak perang.
Sektor utama yang dihancurkan oleh sekutu musuh adalah sekolah, universitas, rumah sakit, dan sektor pangan. Peternakan dan perkebunan di Pulau Sumatera porak poranda akibat serangan sekutu. Namun, saat perang akhirnya terhenti pada tahun 2045, aku bisa menata kembali infrastruktur dan sektor pangan di sana untuk sementara waktu.
Pada masa itu, makanan pokok, lauk pauk, dan susu merupakan komoditas yang sangat mahal. Masih terngiang saat pecahan negara Amerika Serikat menawarkan seluruh cadangan emas Federal Reserve sebesar lima belas ribu ton untuk menyewa lahan subur milik SEMESTA.
Alih-alih mengambil semua itu, aku hanya menerima lima-per-enam bagian dengan ganti membangun rumah kaca anti radiasi di Amerika Serikat untuk bisa menumbuhkan vegetasi sendiri. Tidak hanya itu, aku juga menyerahkan 10.000 bibit ayam dan sapi agar bisa diternak di sana.
Akan tetapi, negara tersebut akhirnya harus berperang untuk memperebutkan rumah kaca tersebut. Pada akhirnya aku membangun kembali dua rumah kaca untuk Amerika Serikat dan pemberontak di dua tempat yang berjauhan.
Tidak hanya itu, Eropa juga membutuhkan bantuan serupa, mereka memberikan 20.000 ton emas untuk mengganti pembangunan rumah kaca anti radiasi di Swiss. Sejak saat itu, SEMESTA langsung mengantungi 95% cadangan emas dunia termasuk dari beberapa tambang emas yang kami miliki.
Sistem informasi antar negara yang belum pulih membuat banyak negara akhirnya bergantung dengan infrastruktur satelit yang kami bangun. Hal itu terjadi karena saat perang pecah, seluruh satelit terkena dampak gelombang pendek elektromagnet dan membuat seluruh satelit terbakar di atmosfer.
SEMESTA yang baru meluncurkan satelit dua tahun lalu langsung menjadi tolok ukur komunikasi antar negara yang bisa diandalkan. Hanya saja, banyak dari negara yang awalnya menjadi sahabat akhirnya menyadari bahwa aku akan mendirikan sebuah kedaulatan baru dengan seluruh sumber daya ini.
Mereka tidak setuju akan keterlibatan SEMESTA dalam pembentukan negara baru. Karena mereka tidak bisa memungkiri. Hampir 90% infrastruktur yang dibangun di atas tanah mereka adalah milik SEMESTA.
Bahkan ada kabar yang langsung terdengar saat negara ini baru berdiri kemarin. Beberapa negara sahabat mulai mencoba menghancurkan dan memblokade aset SEMESTA.
Meskipun akhirnya mereka gagal karena teknologi proteksi kuantum yang telah kuciptakan. Hanya otorisasi dari keluargaku yang bisa membatalkan sistem proteksi tersebut. Lagi pula, mereka tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang hal itu.