The Perpetual Chronicle: Fusion-Aleph

Faristama Aldrich
Chapter #7

Di Batas Harapan (2)

Admaspheria, Sabtu 2 Juli 2050


Aku beranjak dari posisi saat ini untuk mengambil seragam yang telah disiapkan Aluna kemarin. Tanpa memedulikan keduanya, aku mengenakan seragam itu dan kembali duduk di tempat yang sama.

“Aku sudah menyetel segalanya. Kaca mata ini menggunakan teknologi yang langsung terhubung dengan pusat komando, berisi tentang sandi rahasia yang selalu diacak.”

Mereka lalu mengeluarkan sebuah peranti dari saku mereka dan mulai bersiap dengan sandi yang akan kuucapkan. “Defrose 001 albit alpha regere alpha.”

Presiden Ibrahim lalu menatapku dan memejamkan mata. Ia pasti mengetahui saat sandi itu diketik akan muncul nama IMPERATRIX sebagai jawabannya.

“Yang terakhir adalah jam tangan ini, berisi senjata laser kuantum yang bisa membunuh orang dengan sekali tembakan,” ujarku lalu menunjukkan jam berwarna rose gold di pergelangan tangan kiri.

“Mulai sekarang, namaku adalah Alya Nandya, seorang pelajar SMA dari Kota Malang, Aglomerasi Jawa Timur, Provinsi Jawa yang menjadi guru untuk SMP di Resor Revaria, Provinsi Legharded. Ini adalah perintah langsung dari pimpinan tertinggi Admaspheria.”

Mereka tidak bisa menolak perintah langsung dariku, dengan langkah gontai akhirnya sang Presiden memimpin langkah menuju ke helipad yang berada agak jauh dari kediaman ini. Seluruh perwira tinggi yang sementara tinggal di sini bersikap tegak, dan hormat kepada sang Presiden yang lewat tanpa mengetahui bahwa aku adalah penguasa Admaspheria yang sesungguhnya.

Tampaknya Alexa sudah melakukan sesuatu sehingga tidak ada seorang pun yang mengenaliku saat kami tiba di helipad. Sudah tersedia SEMESTA AR-01 yang merupakan pengembangan dari Boeing CH-47, tetapi menggunakan mesin yang lebih cepat dan memiliki daya angkut lebih tinggi. Boeing juga menjual hak cipta desain helikopter ini demi lahan subur 5 tahun lalu.

“Yang Mulia,” sapa salah satu Letnan Mayor Angkatan Udara Ventus Reginae yang menjadi pimpinan misi kali ini.

“Baiklah, perkenalkan ia adalah Elya Nandya, siswa yang diatur untuk menjadi guru fisika di SMP Revaria 1, Legharded. Tugasmu adalah mengantarkan gadis ini menuju tempat tujuan dengan selamat atas mandat langsung dari IMPERATRIX.”

Ia menatap sang Presiden dengan tidak percaya seraya mengalihkan sejenak sorotnya kepadaku. “Siap, Yang Mulia.”

Helikopter kenegaraan ini dinamakan Altezza, hanya Presiden yang diberikan izin untuk menerbangkan ini. Berbeda dengan masa tiga puluh tahun lalu, saat ini tidak ada satu negara pun yang memiliki teknologi maju untuk mendeteksi, mencegat, ataupun menjatuhkan wahana ini.

Mesin poros turbinnya menggunakan bahan bakar Hidrogen. Masing-masing mampu mengeluarkan tenaga 7,5 mega Watt atau setara dengan 10.000 daya kuda. Sehingga total tenaga yang dihasilkan adalah 20.000 daya kuda.

Kami meninggalkan Pulau Sumba untuk menuju ke Resor Revaria, jaraknya sekitar 4.850 Km yang bisa ditempuh dalam kurun waktu 4 jam karena wahana ini mampu menjelajah lebih tinggi dari kecepatan suara.

“Ha-hai, Elya.” Aku sedikit terkejut tatkala seorang siswa menyapaku.

“Kau siapa?” tanyaku keheranan.

Lihat selengkapnya