The Perpetual Chronicle: Fusion-Aleph

Faristama Aldrich
Chapter #11

Di Batas Harapan (6)

Admaspheria, Sabtu 2 Juli 2050


“Sekali lagi, ampuni aku, Yang Mulia.”

Aku menggangguk. “Sungguh, aku sudah memaafkan itu.”

Ia menghela napas seraya tangan Farid masih menggenggam kuat kerahnya. Namun, aku mengangguk untuk memberikan semboyan bahwa segalanya sudah teratasi.

“Legharded adalah Myanmar sebelum perang di tahun 2040. Kami sejatinya adalah negara kesatuan dengan junta militer sebagai sistem pemerintahannya.

“Akan tetapi, aku perlu meluruskan bahwa junta memerintah dengan kediktatoran, rasa takut, dan juga ancaman kepada masyarakat. Pemerintah mengendalikan seluruh perdagangan, kekayaan hanya dimiliki oleh segelintir elite, dan kemiskinan bukanlah suatu hal yang langka di negara ini.

“Admaspheria juga menarik seluruh militer sebagai sendi negara. Hanya saja, selama lima tahun pasukan SEMESTA di sini, tidak ada satu pun kekerasan yang dilakukan. Semuanya tunduk patuh terhadap etos SEMESTA untuk memberikan kedamaian kepada seluruh insan.

Ia menghela napas. “Ketika masa perang, aku ingat benar 14 Oktober 2040, saat itu pasukan sekutu mulai datang, membawa jutaan harapan tentang sebuah negara yang makmur dan tenteram.

“Kami setuju, mengikuti seluruh sistem yang digagas oleh sekutu, karena mereka menawarkan bantuan luar biasa kepada elite. Jadilah saat perang, negara ini seolah-olah dimiliki oleh sekutu.

“Hanya sekitar 2 bulan, kedok sekutu terlihat. Mereka memanfaatkan celah-celah antara Cina dan Myanmar untuk melakukan perang terbuka kepada Tentara Palagan Timur yang bermarkas di Nanjing.

“Sekutu berjuang habis-habisan mengalahkan Cina dari Tibet dan Myanmar. Mereka juga menganeksasi Evcedez yang dahulu bernama Laos dan Kamboja untuk masuk ke wilayah Cina.

“Warga kami mulai diangkut, dipaksa menjadi pasukan sekutu. Apabila menolak, mereka akan menculik istri dan anak perempuan kami untuk dijadikan budak hingga akhirnya dieksekusi secara brutal di depan masyarakat.

“Tentara Sekutu tidak memiliki sumber daya manusia sebanyak Cina, sehingga mereka secara membabi buta melatih banyak pasukan dari Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, dan Vietnam untuk dijadikan tentara.

“Hampir separuh perempuan menjadi korban kebiadaban Sekutu selama perang. Mereka dijadikan tameng, pemuas nafsu, hingga alat untuk tukar menukar. Saat itu, pemerintah junta mulai kewahalan.

“Pada saat perang hampir berakhir, SEMESTA datang atas nama kemanusiaan, memberikan bantuan tanpa pamrih dan memberikan ladang-ladang subur untuk kami makan. Jutaan orang mati karena kelaparan saat itu, hanya orang-orang yang mendapatkan akses yang bisa bertahan hidup.

“Hingga akhirnya SEMESTA mengirimkan pasukan penjaga perdamaian yang mulai memasuki kota, memberikan kami bantuan dan harapan hidup.

Lihat selengkapnya