The Perpetual Chronicle: Fusion-Null

Faristama Aldrich
Chapter #2

Secercah Rasa di Antara Dia (1)

Rayseans, Selasa 21 Agustus 2306

 

Gugusan kumulonimbus kembali bertakhta, menggantikan semburat sang Sol yang sedari tadi menyapa hangat penduduk Rayseans. Gemuruh sesekali menggelegar seantero Ibu kota Admaspheria, mengejutkan bagi siapa pun yang mendengarkannya; kilat pun menyambar, merobek cakrawala dengan segenap kedigdayaannya.

Siang ini, sama seperti beberapa hari belakangan, selalu diakhiri dengan curahan air langit yang membasahinya; meninggalkan aroma petrikor yang santer membangkitkan romansa akan imaji yang telah lalu; mengendap begitu dalam bersama dengan untaian asa yang penuh harap.

Hujan.

Butirannya selalu berhasil mengembalikan sejenak keindahan yang telah sirna, menari bersama kenangan, menghiasi indah relung dengan sentuhnya. Sejuknya bahkan selalu membasuh segenap luka yang hanya mampu diterjemahkan melalui bahasa kalbu, tanpa pernah menjadi frasa dalam bentuk lisan.

“Mengapa, akhir-akhir ini cuaca tidak begitu baik ya?” tanya Freia, gadis yang duduk di sebelahku sejak mengenalnya tahun lalu.

Aku hanya menganggukkan pelan. “Entahlah, sepertinya setiap kali cuaca cerah, pasti berarkhir seperti ini.”

“Oh iya, apakah kau ada kesibukan nanti sore?”

Kuarahkan mata ke langit-langit dan sejenak berpikir.

“Sepertinya tidak ada. Apakah ada sesuatu?”

“Teman lamaku ingin berkenalan denganmu,” ujar Freia dengan nada yang tidak pernah kudengar sebelumnya.

“Teman lama?” tanyaku sedikit berpikir. “Siapa dia?”

Ia tersenyum. “Nanti aku akan mengenalkanmu kepadanya.”

Mega masih saja tak kuasa menahan muatannya, seraya dengan berembusnya angin dingin yang menusuk. Curahan air langit terkuras dengan dahsyat, membasahi sang Gaia tanpa ampun. Ruangan kelas XI-3 yang sedari tadi sudah sejuk kini berangsur dingin, panel kontrol di sebelahku menunjukkan suhu 22 centigrade, membuat sebagian siswa di kelas mendekap sendiri tubuhnya.

Lihat selengkapnya