Rayseans, Rabu 22 Agustus 2306
Gugusan kumulonimbus kembali bertakhta, menggantikan semburat sang Sol yang sedari tadi menyapa hangat penduduk Rayseans. Gemuruh terdengar menggelegar seantero Ibukota Admaspheria, mengejutkan bagi siapa pun yang mendengarkannya. Kilat sesekali menyambar, merobek cakrawala dengan segenap kedigdayaannya.
Siang ini, sama seperti beberapa hari belakangan, selalu diakhiri dengan curahan air langit yang membasahinya; meninggalkan aroma petrikor yang begitu membangkitkan romansa akan imaji yang telah lalu. Mengendap begitu dalam di asa.
Hujan.
Butirannya selalu berhasil mengembalikan sejenak keindahan yang telah lampau, menari bersama kenangan, menghiasi indah relung dengan sentuhnya. Sejuknya bahkan selalu membasuh segenap luka yang hanya mampu diterjemahkan melalui bahasa kalbu, tanpa pernah menjadi frasa dalam bentuk lisan.