The Perpetual Chronicle: Fusion-Null

Faristama Aldrich
Chapter #4

Secercah Rasa di Antara Dia (3)

Rayseans, Rabu 22 Agustus 2306


“Kiara,” panggil Freia.

Gadis itu melambaikan tangannya ke arah Freia.

Deg!

Tunggu sebentar, gadis itu.

Dalam hitungan milidetik, mata kami saling berbaku pandang. 

Sekejap seluruh tubuhku terasa begitu dingin. Tatapannya menerbangkan segenap imaji akan peristiwa tahun lalu ketika presensinya terasa begitu nyata di perimeterku. Tidak salah lagi, ia adalah gadis yang kutemui saat ujian masuk ke Tytener Corsa.

Masih begitu tedas ingatan akan masa saat kami berada satu kereta dari Remeron ke Rayseans.

Masih begitu lekat harum anggrek yang menelusup lembut di indra ini.

Semua benar-benar identik.

Sontak pipi ini terasa begitu hangat. Tiada kuasa rasanya menahan gemuruh hati yang begitu menggelora. menemukan sosok gadis yang kala itu melintas di depanku, menorehkan indah yang tiada pernah terlupa hingga saat ini.

Segala kenangan itu langsung terputar.

Teringat saat kami saling menunggu kereta menuju Rayseans dari stasiun Remeron. Ia berada tidak jauh dari ragaku, sama-sama berdiri di peron 2 bersama dengan beberapa orang lain yang pasti memiliki satu tujuan di Rayseans.

Tepat ketika lokomotif elektrik itu tak berdaya ditundukkan oleh angkuhnya semboyan 7 yang menyala galak di depannya, barisan gerbong itu pun berhenti di depanku. Seketika gadis yang dipanggil Kiara oleh sahabatku itu melintasi depan raga, menyisakan aroma anggrek yang sama.

“Ka-kau gadis yang waktu itu,” ujarku pelan.

Sungguh bibirku begitu kelu tatkala berada sedekat ini dengannya. Degup jantung ini terasa begitu kencang menyesakkan dada tatkala sorot mata teduhnya benar-benar memberikan nuansa yang berbeda di hati ini.

Wajahnya terlihat merah di bawah temaramnya lampu kafe yang tidak seberapa terang ini. Sejenak ia lalu menundukkan kepalanya dan mengalihkan pandang. Sebelum ia sempat melirik kembali dengan senyum yang terlihat begitu menawan. Aku tidak bisa memungkiri keindahan yang dilontarkan oleh gadis itu.

Kali ini giliran Freia yang terlihat kebingungan. Ia menatapku dan gadis itu bergantian.

“Sebentar,” ujarnya lalu memandangku. “Kau pernah bertemu dengan Kiara sebelumnya?”

Aku mengangguk pelan. “Satu tahun yang lalu, di peron 2 Stasiun Remeron, ketika aku akan melaksanakan ujian masuk Weyfert.”

Gadis itu masih mengalihkan pandangnya. Tampaknya ia masih belum mau menatapku. Sungguh pertemuan malam ini seolah menjadi awalan baru bagi perjalanan semara yang selama ini kutangguhkan. Semesta seolah mendukung, mempertemukan sosok gadis yang begitu diingat sejak masa itu.

“Salam kenal, aku Kiara Evelina,” ujarnya seraya menjulurkan tangannya pelan.

Kujabat tangannya. “Adrian Rigera.”

Hangat.

Hanya itu frasa yang langsung terlintas di kepala ketika kugenggam jemari lentik gadis ini. Terkembang senyum di antara tertunduknya wajah dan meronanya pipi, tatkala tangannya juga terasa enggan untuk melepas pagutnya.

Waktu yang biasanya berjalan sombong pun seolah terhenti.

Segala keindahan ini menenggelamkanku di samudera semara yang begitu dalam. Menjebak dalam penyiksaan yang begitu kunikmati tiap detiknya. Tiada kuasa rasanya untuk lekas-lekas mengakhiri ini semua. Menikmati setiap momen yang tercipta bersama dengan aroma petrikor dan harmoni harum anggrek yang menenangkan.

“Hei,” Freia kemudian mengagetkan lamunanku. “Apa yang kau lakukan?”

“Ma-maaf.” Aku lalu menarik jemari ini.

Freia menatapku dengan wajah yang berbeda. Tidak pernah sekalipun ia menampakkan ekspresi itu walau hanya sedetik. Aku sungguh tidak mengerti, mengapa ia begitu aneh malam ini.

Namun, ia segera menyungginkan senyum, seolah merestui apa yang telah diatur sendiri malam ini.

“Berarti kalian sudah saling kenal, kan?” Gadis itu lalu memundurkan langkah untuk menjauhkan tubuh. “Kutinggalkan kalian berdua di sini, aku sedikit ada urusan.” Ia lalu bergegas beranjak.

“Hei, Frei,” panggilku seraya menggenggam pergelangan tangannya. “Kau mau ke mana?”

Ia menatapku, tersenyum dengan cara yang tidak biasa. “Aku hanya ingin mengenalkanmu dengan temanku dan sudah kulakukan itu.”

Lihat selengkapnya