Rayseans, Sabtu 25 Agustus 2306
Tak lama, apa-apa yang gadis itu pesan tiba. Aku masih tidak habis pikir bagaimana ia bisa menebak dengan presisi kopi seperti apa yang disuka. Akan tetapi, lagi-lagi segala tanya itu seolah hilang bersama dengan aroma vanili yang begitu menghipnotis.
Begitu nyaman dan menenangkan, seolah melupakan apa yang barusan saja menjadi beban pikiran. Aku bahkan tidak tahu bahwa pagi ini bisa menghabiskan waktu bersama kakak dari lelaki bernama Carl itu.
“Bagaimana kau bisa terlihat lebih muda?”
Ia menatap dengan senyum yang masih sama. “Kebetulan memang ada rahasia mengapa aku terlihat lebih muda. Namun, kupikir kau tidak akan tertarik untuk mendengarkan semua ceritaku dari awal.”
Aku mengangguk, seolah memahami apa yang dikatakannya. “Lalu, Annastasia? Mengapa harum parfummu sama dengannya?”
“Itu bukan parfum, tetapi harum alami tubuhku dan dia.”
Aku tidak mengerti dengan perkataannya. Sama seperti segenap pertanyaan tentang mengapa gadis ini terlihat lebih muda dari adiknya. Tentunya juga dengan segenap sikap yang terkesan tidak peduli dengan sekitar, tetapi masih dapat menebarkan pesona dan keanggunan paripurna.
“Siapa sebenarnya dirimu?” tanyaku pelan. “Aku tidak melihat kau dan adikmu sebagai orang biasa.”
“Kami hanya warga negara Admaspheria sama seperti dirimu.”
Tak lama, gadis itu melemparkan Kartu Penduduk SEMESTA ke arahku. Tertera dengan jelas nama Adeline Parschberg, lengkap dengan tanggal lahir, alamat tinggal, golongan darah, dan nomor registrasi miliknya.
Tidak ada yang aneh dengan ini semua. Namun, mengapa aku seolah tidak memercayai kartu ini. Memang benar, kartu ini hanya diterbitkan oleh satu entitas konglomerasi, SEMESTA. Bahkan seluruh sistem registrasi penduduk dunia dan juga koloni menggunakan satu sistem tersebut.
Aku lalu mengembalikan kartu itu kepadanya.
“Aku tahu, mungkin pertanyaanku aneh, mengapa kau mengajakku ke sini?”
Ia tersenyum. “Ceritakan apa yang kau tahu tentang Annastasia.”
Aku menghela napas sejurus setelah menyeruput minuman yang masih mengepul di atas meja. “Aku tidak terlalu mengenal Annastasia secara pribadi. Aku hanya mengikuti sosial medianya sejak pertama kali.
“Namun, memang beberapa hari terakhir sebelum aku menemuinya di depan Bellegarde, ia sudah tidak mengunggah apa pun. Tampaknya banyak hal yang terjadi dan dugaanku benar. Ternyata Annastasia dekat dengan seseorang.”
Ia mengangguk. “Lalu, Kiara?”
Seketika tubuhku terhentak mendengar gadis itu mengetahui sesuatu tentang Kiara. Aku memandangnya dengan heran, sementara gadis itu hanya tertawa kecil seraya tetap menatapku.
“Ba-bagaimana mungkin kau mengenalnya?”
Ia lalu mengeluarkan ponsel dari saku blazernya. Sungguh, aku tidak pernah melihat ponsel seperti ini dijual di mana pun. Ia menunjukkan foto Kiara. Ia begitu cantik, rambutnya dibiarkan tergerai di citra itu. Membuatnya mirip dengan seseorang yang ditanyakannya, Annastasia.