Rayseans, Sabtu 25 Agustus 2306
Makan siang ini diselesaikan dengan perasaan tercampur aduk. Hujan yang mengguyur Rayseans begitu deras seolah mengatakan bahwa ada sesuatu terjadi pada planet ini. Ditambah dengan bagaimana sikap Kiara saat mengetahui ada lelaki berambut perak itu duduk di belakangnya.
Mereka bertiga seolah memiliki koneksi yang terlihat jelas dari bagaimana akhirnya mata Heivn dan Kiara beradu pandang. Sejenak tatkala hidangan penutup akan disajikan, lelaki bernama Carl itu meninggalkan Heivn sendirian.
Tanpa membuang waktu, aku langsung beranjak dan duduk di seberang gadis yang langsung tersenyum tatkala raga ini sudah berada tepat di hadapannya. Tampaknya gadis itu juga sudah tahu bahwa aku berada di sini.
“Sedang apa kau di sini, Heivn?”
“Aku?” tanyanya balik. “Tentu saja sedang berkencan dengan Carl.”
“Berkencan? Kau tidak bercanda, kan?”
Ia tersenyum dan menggeleng. “Aku tidak bercanda. Aku mengaku sudah salah menilai Carl. Ternyata ia adalah orang yang pernah menyelamatkanku di Mandala. Bahkan, ia adalah orang yang pernah menyelamatkanku dari kecelakaan tujuh tahun yang lalu.”
Aku tidak bisa memercayai apa yang saat ini menelusup ke indra. Segalanya terasa tidak mungkin mengingat bagaimana Heivn membenci lelaki itu setengah mati karena katanya pernah membuat 14 surat cinta.
“Lalu Annastasia?” tanyaku makin menjadi-jadi.
Ia menggeleng. “Annastasia sudah menolak Carl dua hari lalu.”
“Ba-bagaimana mungkin? Aku melihatnya saat Annastasia menangis di depan Bellegarde malam itu. Aku tahu ada cinta yang amat besar bagi lelaki itu. Mengapa semuanya jadi begini?”
“Carl yang mengatakannya, setelah perlombaan dengan Daniel kemarin, Annastasia sendiri yang menolak Carl. Aku tidak tahu secara detail, tetapi Carl saat ini sudah tidak bersekolah di Weyfert. Kurasa ia juga tidak membutuhkannya.”
“Lalu dirimu? Mengapa kau tidak berada di sekolah?”
“Aku menginap di sini sejak semalam. Nilaiku sudah dijamin oleh sekolah, sehingga tidak perlu lagi mengikuti penelitian akhir.”
Entah mengapa napasku begitu terburu saat Heivn mengatakan itu dengan ringannya. Aku tidak tahu, tetapi seolah ada yang berubah dari gadis itu. Nada bicaranya tidak sedatar dan dingin seperti biasa. Aku bisa melihat cahaya penuh kebahagiaan terpancar dari mata birunya.
Ia adalah gadis yang cantik, banyak lelaki di Gendara menaruh rasa untuk akhirnya dicampakkan. Katanya ia tidak ingin mencintai siapa pun hingga akhir napasnya.
Akan tetapi, segalanya terasa berbeda dengan aura yang terpancar dari gadis itu. Aku bisa melihat senyuman penuh makna terus diutaskan di perbincangan barusan. Sejujurnya aku pun ikut bahagia karena segala kisah penuh elegi selalu saja dilontarkannya.
Ia kehilangan kedua orang tuanya tatkala umurnya belum genap 10 tahun. Ia juga dipaksa untuk bekerja demi bertahan hidup oleh bibinya. Beruntung ia tetap bisa berprestasi dan mendapatkan beasiswa di Weyfert. Tentu saja melihatnya bisa tersenyum begitu lepas membawa sebuah kegembiraan yang tidak mungkin ditampik.
Tak lama, lelaki berambut perak itu berdiri di sebelahku.
“Rigera, sedang apa kau bersama kekasihku?”
Aku menatap ke arah lelaki itu dan menggeleng. “Ti-tidak ada, aku hanya bertanya beberapa hal tentang dirimu dan juga Annastasia.”
Ia tersenyum dan mendengus. “Aku tidak punya urusan apa pun dengan gadis itu.”
“Bukankah kau tahu, kalau ia begitu memujamu?”
Ia menggeleng. “Kau tidak mengerti apa pun tentang Annastasia. Sebaiknya kau tanya kepada sahabatmu.”