Rayseans, Ahad 26 Agustus 2306
Masa bodoh dengan hal itu. Tanpa memedulikan lebih lanjut, aku berusaha fokus untuk melayani tamu. Beberapa hidangan autentik di Gendara bahkan sudah disajikan. Segalanya benar-benar berjalan lancar hingga jam menunjukkan pukul 14.00.
Sesuai dengan jadwal, saat ini waktunya Maharani Kekaisaran Inggris Baru masuk ke ruangan. Saat pintu tengah terbuka, hingar bingar musik langsung terhenti. Semua mata langsung menatap ke arah langkah sang Maharani yang mengenakan gaun berwarna putih lengkap dengan mahkota, mengukuhkan simbol kebangsawanan begitu paripurna.
Ia melambaikan tangan dan tersenyum kepada semua orang, termasuk kepada para pelayan yang saat ini berbaris di belakang pasukan khusus yang dibawanya. Usianya mungkin sekitar lima-puluh-tahun, tetapi wajahnya terlihat begitu muda. Di sebelahnya berjalan lelaki yang seharusnya menjadi Maharaja, William Anthony II. Namun, ia memilih untuk menyerahkan segenap urusan kerajaan kepada Katleya Charlton, sang Maharani.
Semua orang memberikan hormat dengan membungkuk, kecuali seseorang dengan rambut perak yang hanya berdiri di sudut lain sembari memperhatikan sekitar. Ia bukan tampak tidak acuh dengan kehadiran sang Maharani, tetapi ia tampak memiliki kekuasaan yang lebih besar ketimbang Kekaisaran Inggris Baru.
Tidak ada satu pun pasukan khusus dari Inggris menyuruh Carl untuk hormat. Bahkan pasukan Ventus Imperias Grandehug yang berjaga tampak hanya sekejap menatapnya dan ikut membungkuk bersama tamu lainnya.
Senyum palsu Annastasia terlihat begitu menjijikkan tatkala ia menyambut sang Maharani untuk duduk di kursi khusus yang sudah dipersiapkan. Gadis itu bersama calon suaminya tampak begitu bahagia. Aku tidak tahu, apakah kebahagiaan itu benar-benar dari hatinya atau hanya topeng semata? Akan tetapi, menjadi seorang maharani di kemudian hari pasti sudah menjadi angan-angannya sejak dahulu.
“Terima kasih, Annastasia dan Keluarga Althalie atas jamuannya.” Sang Maharani kemudian menatap ke seluruh ruangan.
“Hari ini, Ahad 26 Agustus 2306 adalah hari bersejarah bagi Kekaisaran Inggris Baru. Ada dua hal yang akan kami lakukan di hari yang berbahagia ini.”
Sang Maharani tampak begitu fasih berbahasa Indonesia. Aku tampak begitu terkejut dengan kemampuannya dalam mengolah tiap kalimat. Sepengetahuanku, Inggris merupakan bangsa yang sauvinis. Sebelum Fusion-Aleph, Bahasa Inggris merupakan bahasa primer di dunia.
Lalu, mengapa mereka menggunakan Bahasa Indonesia?
“Pertama, aku yang bertindak sebagai Ibu dari anak laki-lakiku, William Anthony III hendak mempersunting putri dari Cearnaigh Ernest Althalie yang bernama Annastasia Kathleena Althalie.
“Kedatanganku dari London, tidak lain dan tidak bukan adalah melihat secara langsung calon pewaris takhta Kekaisaran Inggris Baru yang akan diturunkan kepadamu.”
Annastasia tersenyum ke arah sang Maharani. “Terima kasih, Yang Mulia Maharani Kekaisaran Inggris Baru. Saya merasa begitu terhormat Yang Mulia berkenan untuk langsung hadir di acara ini.”
Ia berdiri lalu membungkuk tepat di depan Katleya. Sejenak seluruh ruangan yang tadinya riuh langsung redam. Sang Maharani mengusap pelan kepala Annastasia dan dilanjutkan dengan tepuk tangan yang begitu meriah. Aura penuh kebahagiaan langsung menggelora di seluruh ruangan. Rasanya begitu merinding melihat salah satu orang paling berpengaruh di dunia melakukan itu.
“Saya merasa terhormat, Yang Mulia benar-benar meminta saya secara langsung di acara seperti ini,” ujar Annastasia masih berdiri di depannya.
“Yang Mulia.” Cearnaigh Althalie lalu berdiri di sebelah anak gadisnya dan menatap dengan hormat ke sang Maharani.
“Kau begitu luar biasa, Cearnaigh. Memiliki anak gadis yang begitu nirmala. Ia paham bagaimana bersikap begitu ramah untuk semua orang.
“Atas nama orang tua dari William Anthony III, aku Katleya Charlton meminta restu darimu, Cearnaigh Ernest Althalie untuk mempersunting Annastasia Kathleena Althalie.”
Cearnaigh mengangguk. “Dengan penuh hormat, saya atas nama Keluarga Althalie menerima lamaran dari House of Anthony dengan hati yang terbuka.”