Rayseans, Senin 27 Agustus 2306
Ia mengangguk. “Baiklah, aku akan menceritakan segalanya dari awal.”
Lelaki itu lalu duduk di sebelahku. Ia menatap ke arah Heivn yang saat itu langsung mengangguk. Tampaknya banyak hal telah terjadi di antara mereka selam ini.
“Aku mulai dari pertama kali bertemu dengan gadis itu pada Februari 2996. Awalnya aku tidak memercayai informasi dari intelijen kami. Namun, ketika aku bertemu langsung dengannya, aku melihat sendiri bagaimana sifat asli Annastasia.
“Beberapa bulan setelahnya, Papa meminta Keluarga Althalie untuk datang ke Quantroun. Di sana Annastasia berulah dengan menyakiti Theia, gadis lain yang sudah Papa jodohkan denganku.”
“Sebentar, lalu Heivn?”
Gadis itu mengangguk. “Aku sudah mengetahui itu, terlalu rumit untuk menjelaskannya. Namun, aku tidak masalah dengan itu semua.”
Aku benar-benar terhentak mendengar jawaban dari Heivn. Tidak ada salahnya memang satu laki-laki menikahi lebih dari satu perempuan selama memenuhi syarat. Sebagai seorang SIRIUS, aku rasa Aldrich mampu untuk melakukan itu. Akan tetapi, bukankah sulit bagi seorang perempuan harus berbagi hati?
“Te-tetap saja,” sanggahku pelan.
“Percayalah, ia sudah mengatakan tidak apa-apa. Aku tahu kesungguhan hati Eva dalam hal ini.” Aldrich lalu menepuk pundakku pelan.
“La-lalu, bagaimana bisa Annastasia tidak mengenalimu?”
“Apa kau mengenaliku?” tanyanya balik.
Aku menggeleng. “Benar juga, itu berarti sampai saat ini Annastasia masih belum mengetahui kebenaran tentang ini?”
Ia mengangguk. “Sama sekali tidak tahu. Karena setelah itu, aku mulai mencoba melupakan tentang Annastasia.
“Namun, April 2302, semesta mempertemukanku dengannya di Shinjuku Gyoen. Salah satu pesaing Airwave ingin menyingkirkan gadis yang saat itu belum genap 12 tahun. Aku sempat menyelamatkannya, lagi-lagi ia tidak mengenaliku.
“Semesta kembali merestuiku untuk bertemu dengannya. Orientasi siswa Weyfert tahun 2304, tiga-puluh siswa kelas XI dan XII diperintahkan oleh pesaing Airwave untuk menodai Annastasia.
“Tidak ada niatanku untuk membantu gadis sombong dan angkuh itu, tetapi mendengar ia berteriak hatiku lalu tergerak untuk menolongnya. Membiarkanku untuk dipukuli oleh siswa-siswa itu agar ia bisa selamat.
“Ia kelelahan, aku lantas membawanya ke rumah sakit keluargaku. Ia tidak punya ide siapa diriku dan apa yang kulakukan karena semua ingatannya sudah kuhapus.”
Ia menunjukkan jam di tangan kanannya. “Ini adalah resersa, alat pemutar waktu bagi siapa pun yang ingin kuputar kembali waktunya.”
Tubuhku bergidik mendengar bahwa sudah banyak hal yang lelaki ini lakukan. Aku tidak bisa membayangkan betapa sakit hatinya saat lelaki ini harus ditolak oleh gadis itu. Andai ia tahu apa yang telah Aldrich lakukan, ia pasti akan menghiba dan memohon untuk mencinta kembali.