Rayseans, Rabu 29 Agustus 2306
Tidak ada semburat sang Sol menelusup dari balik jendela yang tidak pernah kututup tirainya. Sesekali aku mendengar germuruh menggelegar dari kejauhan menciptakan sebuah kengerian yang kembali meneror masyarakat Rayseans.
Waktu masih menunjukkan pukul 05.30, bisa dibilang cukup pagi untuk diriku yang saat ini sudah dipastikan tidak akan berangkat ke sekolah. Bahkan, tatkala aku baru bangun saja, bukan Freia atau Kiara yang teringat, tetapi Evelynn.
Harum tubuhnya yang mirip vanili itu benar-benar menguasai sadarku dengan segenap kedigdayaan. Bagaimana mungkin harum itu masih berada di sini, terdistorsi dengan aroma masakan yang terasa begitu nyata.
Kutegakkan tubuh seraya mengintip dari jendela kecil yang membujur di pintu ini. Ternyata aku tidak salah, gadis bernama Evelynn itu sedang berada di dapur untuk memasak. Apa yang sebenarnya ia inginkan?
Mengapa aku merasa seperti sedang memiliki istri yang begitu nirmala sekaligus mengerikan? Aku menggeleng cepat, mengusir lekas-lekas segenap imaji yang masih saja berkelakar di kepala. Mengandaikan ini dan itu yang tidak akan mungkin bisa terjadi sampai kapan pun.
“Se-selamat pagi, Nona Anandta,” sapaku lalu duduk agak jauh dari tempatnya memasak.
“Kau sudah terjaga sepagi ini,” sahutnya lalu sedikit menoleh seraya sibuk dengan apa yang sedang ia masak.
Apa yang kupikirkan saat melihatnya dari belakang?
Semesta seolah melukiskan raganya dengan penuh kesungguhan, dititipkannya segenap kenirmalaan itu pada sosok anggun dan mengerikan yang memiliki nama Evelynn Anandta. Ia masih saja mengenakan pakaian semalam, memperlihatkan dengan jelas keindahan yang dititipkan atas namanya.
“Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu,” ujarnya seraya menata piring. “Tentang Fusion-Null.”
Seketika tubuhku terhentak, sebuah istilah yang disebut merupakan kiamat kedua setelah Fusion-Aleph yang terjadi 250 tahun yang lalu. Aku menghela napas, membayangkan segenap kengerian yang pasti akan terjadi saat itu.
“A-ada apa dengan itu?” tanyaku pelan.
“Hal itu pasti terjadi,” ujarnya lalu menyelesaikan sarapan itu dan duduk di seberangku. “Ini roti lapis untukmu, Freia memberitahukanku kalau kau menyukai tuna.”
Freia bahkan mengetahui hal itu. Ia juga mengatakannya kepada Evelynn. Benar-benar hal yang tidak pernah kusangka akan terjadi di hidupku. Gadis sesempurna dirinya menghidangkan sebuah sarapan.
“Kau tahu, saat ini bumi sudah tidak mungkin lagi diselamatkan. Mungkin, di semesta lain bumi akan selamat, tetapi tidak di garis waktu kita,” ujarnya dengan nada serius.
“Ma-maksudmu?”
Ia menghela napas. “Apa yang Annastasia lakukan saat ini adalah sebuah tanda, Fusion-Null tidak akan bisa dianulir. Hanya saja, aku tidak pernah tahu kapan peristiwa itu terjadi.”
Bahkan manusia sekaliber Evelynn saja tidak tahu kapan bencana itu akan benar-benar terjadi. Ia hanya memutar-mutar ujung rambut peraknya yang terlihat begitu lembut dan selalu mengumbar harum menyenangkan.
“Entahlah, seharusnya Annastasia adalah gadis yang membantu kami, tetapi ternyata kenyataannya tidak seperti itu.”