Rayseans, Rabu 28 Agustus 2306
Segalanya berjalan hangat dengan obrolan tentang pandangan negara ini. Saat ini, aku makin yakin untuk meneruskan keinginan untuk menjadi salah satu bagian dari negara dan berjuang apabila memang mimpi buruk itu benar-benar datang.
Air langit yang masih saja tercurah begitu dahsyat di luar terdengar begitu semarak beserta pemberitaan tentang Annastasia di media massa. Hampir semua stasiun televisi nasional menayangkan rekaman layar siaran langsung yang gadis itu lakukan.
Publik juga bertanya-tanya perihal kegigihan Annastasia untuk bisa mendapatkan informasi tentang Carl. Beberapa orang bahkan terlihat di luar gedung, tampaknya ada yang mengetahui perihal keberadaanku di sini. Apa pun itu, tentu saja hal tersebut berhasil membuat punggungku dingin.
“Kau tenang saja,” ujar Kiara seolah mengetahui kegusaranku. “Ventus Imperias Grandehug tidak akan membiarkan siapa pun masuk ke sini.”
Entahlah, firasatku seolah mengatakan hal sebaliknya. Makin lama, massa di luar gedung makin ramai. Namun, Evelynn tampak tidak mengacuhkan itu semua. Ia masih saja berkutat di depan komputer jinjing bersama dengan gadis berambut pirang itu.
Kiara dan Freia juga tampak tidak acuh, mereka seolah sudah percaya dengan keamanan gedung itu. Namun, aku masih saja tidak bisa tenang. Gelombang panik mulai merambat ke dalam kepala dan memberikan rasa takut seketika dengan suara gemuruh yang merobek cakrawala kembali terdengar.
Entah mengapa hatiku terasa tidak tenang takala sebuah getara terasa begitu santer hingga menggetarkan kaca jendela di dekatku. Saat Evelynn terlihat terhentak, aku langsung menyadari bahwa ada hal yang tidak beres tengah terjadi.
Sekujur tubuhku mendadak dingin bersama dengan dentuman demi dentuman terasa begitu nyata menggetarkan dada. Bukan dari gemuruh sang mega, tetapi dari hal lain yang mengerikan.
“Senjata laser kuantum kelas alpha, hanya beberapa orang di negara ini yang bisa menggunakannya,” ujar Evelynn seraya menghela napas.
“A-apa maksudnya?” tanyaku tidak percaya.
Ia sejenak memejamkan mata. “Ada sesuatu buruk yang terjadi di luar, tentu saja ini ada hubungannya dengan akhir dunia yang barusan kita bicarakan.”
“A-apa maksudnya dengan itu?” tanyaku dengan bibir yang teras kelu.
“Laser Kuantum Kelas Alpha adalah senapan paling mematikan. Hanya manusia yang melewati simulasi level 75 ke atas mampu menggunakannya.”
Jangan katakan ini adalah bagian dari simulasi lagi.
Namun, aku masih bisa mengendus harum vanili dari tubuh Evelynn tatkala ia melintas. Berarti ini bukanlah simulasi, tetapi memang hal yang benar-benar terjadi. Sejurus gretaran itu makin terasa, Evelynn lalu berjalan ke depan pintu.
“Ini adalah ruangan anti gravitasi, sayangnya hanya ada tiga kapsul di dalamnya. Tentunya aku dan Kiara akan masuk ke dalam, sementara kau bisa berunding dengan Naina, siapa yang hendak menyelamatkan diri.”
“Naina,” jawabku dengan pasti.
“Te-tetapi, Adrian,” timpal Freia lesu.
“Hei, dengarlah. Akulah yang mereka cari, bukan dirimu. Sekarang, saatnya kau menyelamatkan diri. Aku bisa bernegosiasi dengan mereka, karena semua orang hanya mencariku.”
Tatapan Freia berubah nanar bersama dengan air yang menggenang di kedua mata cokelatnya. Tampak miliaran ragu tersirat dari bagaimana caranya menantapku; ia tidak ingin lekas-lekas meninggalkan tempat ini. Sejurus kedua tangannya menggenggam jemariku erat.