Rayseans, Kamis 30 Agustus 2306
“Selamat, kau sudah melewati level 5.”
Evelynn. Wajah gadis itu langsung terlihat tatkala mata ini terbuka. Lagi-lagi aku masuk ke dalam simulasi yang benar-benar mengerikan.
Napasku masih tersengal tatkala menyadari waktu sudah beranjak malam. Padahal aku hanya merasakan beberapa menit saat akhirnya Annastasia menembakku. Aku tidak tahu, tetapi rasa sakit di kaki dan kepala terasa begitu hanya hingga saat mata ini akhirnya terbuka.
“A-apa yang sebenarnya terjadi?”
“Kau menjalankan simulasi neural, sehinga bisa merasakan segala sakit yang kau dapatkan ketika di sana. Kebetulan aku hanya mengatur 20 persen dari tingkat kenyataan.”
Sekarang aku mengerti, betapa mengerikannya simulasi pada level-level selanjutnya. Apabila hanya seperlima rasa sakit yang kurasakan sudah sehebat itu, bagaimana juga seratus persen? Apakah seseorang akan benar-benar kehilangan nyawanya ketika ada dalam mode itu?
“Selamat, kau berhak atas pangkat Kopral Dua, Adrian.” Evelynn lalu menutup komputer jinjing itu dan menatapku.
“Te-terima kasih, tetapi rasanya masih begitu menyakitkan,” ujarku lalu menatap ke arah jam yang menunjukkan pukul 00.45.
“Kau pingsan cukup lama setelah menerima tembakan laser dari Annastasia. Kau tahu, pada dunia nyata, aku akan meninggal karena kehabisan darah akibat senjata itu.”
“A-apakah memang harus seperti ini ketika seseorang ingin bergabung ke Ventus Reginae?” tanyaku penasaran.
Ia mengangguk. “Tentu saja, seseorang dinyatakan lulus ketika melewati simulasi neural 60%. Semua luka yang kau terima akan dirasakan oleh seluruh sistem sarafmu. Sejauh ini belum ada korban jiwa dari proses perekrutan menggunakan simulasi neural. Karena selain efektif dan efisien, penggunaan simulasi neural bisa meningkatkan kewaspadaan prajurit secara gradual.
“Pada dunia nyata, kita tidak bisa membuat medan perang sungguhan. Tidak ada musuh yang akan menembak sungguhan. Selain itu, Admaspheria tidak mungkin menjerumuskan para putra dan putri terbaiknya untuk tewas begitu saja pada perang sungguhan.
“Simulasi neural adalah jawaban atas itu semua. Prajurit yang dihasilkan dari simulasi benar-benar terampil dan bisa menguasai medan dengan lebih baik. Itulah mengapa kami tetap mempertahankan sistem ini agar terus digunakan.”
Benar-benar mengerikan, membuatku makin mengagumi Freia, Kiara, lebih-lebih Evelynn. Mereka berhasil melalui segenap simulasi mengerikan ini dan menjadi prajurit sungguhan. Sejenak gadis itu lalu meninggalkanku di atas ranjang yang begitu nyaman ini.
Saat kulihat ke luar, tidak ada apa pun yang terjadi. Segalanya benar-benar sepi, hanya hujan yang tampaknya membuat beberapa suara gemerisik melalui penyejuk udara tersentralisasi. Kuhela napas beberapa kali sebelum akhirnya melihat ada makanan yang ditutup oleh plastik di atas nakas sebelah kanan.