Rayseans, Kamis 30 Agustus, 2306
“Aku tahu, ia menyesal,” ujar Freia seraya mengalihkan pandangannya.
“Bagaimana kau tahu?”
“Aku bisa melihat kesungguhan saat ia melakukan siaran langsung pertama kali. Bahkan, ia terlihat putus asa setelah melakukan siaran langsung berikutnya.”
Aku tidak menyangsikan frasa yang terlontar dari lisan Freia. Sesama perempuan, mereka pasti memiliki kesamaan. Hal itu bisa terlihat juga dari bagaimana gadis itu berekspresi saat ini. Bagaimanapun, Annastasia sudah banyak melakukan kesalahan kepada Aldrich.
“Aku menghubunginya,” ujar Freia pelan.
“Lalu?” tanyaku penasaran.
“Aku mengatakan bahwa lelaki yang ia cari adalah kekasihku.”
Aku terhentak begitu hebat mendengar frasa yang terlontar dari lisan Freia barusan. Aku tidak menyangka ia akan mengatakan itu kepada Annastasia. Wajahku terasa begitu panas bersama dengan degup jantung yang tereskalasi begitu dahsyat.
“Aku memberitahukan di mana harus menemuimu, seharusnya pagi ini ia sudah berada di sini.”
Dadaku langsung terasa sesak tatkala mendengar itu. Aku tidak tahu apa yang Freia inginkan dari ini semua, tetapi ia tampak serius tentang ini semua. Ada sebuah hal yang tampak ia ingin sampaikan kepada Annastasia, atau mungkin kepadaku.
Tak lama, terdengar suara bel yang begitu mengejutkan. Dadaku masih terasa sesak saat Freia hanya menatap dan sedikit mengangguk. Aku tahu, Annastasia pasti akhirnya datang ke sini. Namun, sebelum Freia beranjak ke pintu, aku menahan jemarinya.
“Bagaimana ia bisa masuk ke sini?” tanyaku pelan. “Bukankah Ventus Imperias Grandehug sudah menjaga bangunan ini agar tidak dimasuki olehnya?”
Ia menggeleng. “Bukan oleh Annastasia, tetapi oleh Ventus Imperias Infinetas yang diperintah oleh orang tuanya.”
“Lalu bagaimana kalau ia akan mengacau?”
Ia menggeleng sekali lagi. “Itu tidak mungkin terjadi. Aku menjamin bahwa gadis itu sudah tidak mungkin melakukan hal gila lagi.”
Aku akhirnya melepaskan jemari Freia, membiarkannya membuka pintu yang akhirnya hanya memperlihatkan gadis bernama Annastasia berada di baliknya. Ia terus menunduk tatkala Freia mempersilakannya masuk.
Bahkan ia tetap seperti itu saat duduk di seberangku.
“Maafkan aku,” ujarnya pelan. “Aku sudah tidak tahu lagi harus bagaimana sekarang.”
Aku berbaku tatap dengan Freia lalu mengalihkan pandang ke Annastasia. “Andai aku tahu harus mengatakan apa saat ini.”
“Aku hanya ingin bertemu dengan Carl, itu saja,” ujarnya lalu menatapku.
Elegi terlihat jelas dari bagaimana air wajahnya terbentuk. Benar kata Freia, gadis ini terlihat begitu menyesal telah melakukan ini semua kepada lelaki yang harusnya menjadi pasangannya kini.
“Aku tidak tahu, ke mana lelaki itu pergi. Aku juga tidak tahu, ke mana Heivn pergi,” ujarku seraya menghela napas.
Ia mengangguk. “Aku paham, karena memang aku yang terlalu memaksakan ini semua.”
Freia lalu duduk di sebelahnya. “Apa yang ingin kau lakukan setelah ini?”
Ia menggeleng. “Entahlah, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan setelah ini. Segalanya makin membuatku tidak karuan semenjak mengetahui kenyataan itu.
“Terlebih, ucapan kekasihmu di malam itu sudah menyadarkanku, betapa egoisnya aku hingga menyia-nyiakan lelaki yang sudah melakukan apa pun untukku.”
“Bukankah, kau sudah bertunangan dengan Pangeran William? Harusnya kau sudah tidak mempermasalahkan Carl.”
“Ia berbeda,” ujar Annastasia pelan. “Aku mengakui bahwa Will memiliki segalanya. Ia tampan, putra mahkota, baik, perhatian, dan semua hal yang perempuan inginkan ada padanya.