Rayseans, Kamis 30 Agustus 2306
Malam tiba dengan cepat tatkala hawa makin dingin di ruangan ini. Semua orang masih saja sibuk dengan penghitungan yang terlihat begitu rumit. Evelynn, Aldrich, Thelletha, dan Annastasia saling bertukar kertas dan memasukkan angka-angka itu ke dalam layar.
Kiara dan Freia tampak sudah tidak lagi sibuk dengan urusan mereka, bahkan seragam militer mereka sudah tidak dikenakan lagi. Keduanya bahkan saling berbincang dengan Heivn tentang sesuatu yang tampak seru.
Aku hanya menghabiskan waktu di sudut lain, mengamati langit yang tidak menampakkan apa pun kecuali pendaran cahaya yang terlihat lebih lambat menelusup ke jendela ini.
Tatkala masa sudah menunjukkan pukul 20.30, aku akhirnya memilih untuk merebahkan diri di ranjang empuk yang berada di salah satu kamar. Entahlah, Aldrich membebaskanku untuk tidur di mana saja.
Sejenak, kepala ini memutar segenap kenangan yang telah terjadi begitu luar biasa pada masa sepekan ke belakang. Sejurus imaji demi imaji muncul perlahan, aku mulai bisa merasakan kehangatan yang begitu luar biasa di hati.
Apakah memang benar aku mencintai Freia?
Ataukah hanya sekadar kiasan di bibir semata?
Entahlah, tetapi makin lama aku bisa merasakan bahwa sebenarnya hati ini membutuhkan Freia. Hanya saja, aku terlalu naif dengan menggantungkan segala semara itu untuk Kiara yang jelas-jelas bukan di semestaku.
*****
Rayseans, Jumat 31 Agustus 2306
Raga ini terjaga dari samudra lelap tatkala waktu sudah menunjukkan pukul 04.30.
Sejenak aku menghela napas, menatap ke arah luar jendela yang masih menampakkan imaji tercurahnya air langit. Hujan masih saja setia mengguyur Rayseans, bahkan menurut prakiraan cuaca, 80% Admaspheria sedang dilanda hujan pagi ini.
Tanpa berpikir panjang aku mandi dan keluar dari kamar. Semua orang tampaknya sudah terjaga, bahkan Thelletha dan Annastasia berada di dapur untuk memasak sarapan. Ini masih jam 05.00, tetapi semua orang tampak sudah bersiap.
Aku bergabung bersama mereka, menikmati roti lapis dan kopi yang terasa begitu nikmat. Sama seperti kemarin, Annastasia, Thelletha, dan Evelynn tampak menyantap banyak sarapan. Bahkan Thelletha juga sudah mengenakan seragam Weyfert, seperti Heivn dan juga Annastasia.
Alih-alih menggunakan transportasi pribadi menuju ke sekolah, Aldrich memimpin langkah untuk berjalan menuju ke Stasiun Chitepile. Rinai yang masih membasahi Rayseans menemani langkah kami untuk menuju ke stasiun.
Annastasia dan Heivn berjalan di belakang Aldrich yang saat ini menggenggam jemari Thelletha. Sementara aku dan Freia berjalan agak jauh dari mereka berempat hanya untuk mendapati reaksi dari orang-orang di sekitar kami.
Banyak dari mereka tidak percaya, bahwa lelaki berambut perak itu akhirnya berada bersama dengan Annastasia. Beberapa dari mereka bahkan sempat mengambil ponsel dan mengabadikan saat gadis yang banyak dipuja orang itu berada di keramaian. Untaian kalimat penuh takjub yang mengelukan presensi gadis itu terdengar riuh memenuhi Stasiun Chitepile.
Sebuah kedamaian terasa begitu menyenangkan setelah apa yang terjadi belakangan. Namun, rasa itu tampak tidak terlihat di kubu Annastasia. Semua orang tampak mempertanyakan dan mengutuk Carl karena menganggap telah memperalat gadis itu.
Semua orang di semesta raya sudah tahu, bahwa Annastasia dan Pangeran William sudah melangsungkan pertunangan lima hari lalu. Bahkan perhelatan itu seolah menjadi sebuah traktat perdamaian baru di antara Admaspheria dan Inggris.
Aku sendiri belum bisa memahami ini sepenuhnya. Namun, tidak elok rasanya memasuki kehidupan orang lain, karena hidupku sendiri masih belum bisa dikatakan sempurna. Meskipun dengan adanya Freia yang terus memagut erat jemari ini.