Rayseans, Sabtu 1 September 2306
Sebuah harum vanili yang begitu santer menelusup indra. Mengembalikan segenap sadar yang tenggelam dalam lelap beberapa jam ke belakang.
“A-Annastasia?” tanyaku, terkejut dan gelagapan, membuat tubuhku terhentak begitu hebat.
Jantungku tereskalasi begitu hebat hingga membuat sulit bernapas. Aku tidak tahu, bagaimana gadis itu tiba-tiba sudah berada di tepi ranjang.
Ia tersenyum. “Tenanglah, aku bukan Annastasia.”
Gadis itu lalu membuka kacamatanya dan membenahi rambutnya. Dalam hitungan detik, napas ini akhirnya bisa dikendalikan bersama dengan senyuman hangat yang terlihat begitu menawan dari sosok Kiara.
Ia mengenakan blazer putih dengan rok merah muda, persis seperti pakaian yang dikenakan saat menghadangku pekan lalu. Aku tidak menyangka bahwa gadis itu benar-benar bisa semirip itu dengan Annastasia.
“Tu-tunggu dahulu, apakah kau akan melakukan sesuatu?”
Ia tampak menghela napas seraya menyunggingkan senyum setelahnya. “Tentu saja, kau sudah mengerti keadaannya kan?”
“Ma-maksudmu?”
Ia lalu menyerahkan komputer tablet yang menunjukkan laman portal berita daring, memuat tajuk utama tentang bagaimana Kekaisaran Jepang mulai menguras air laut secara eksesif dalam kurun waktu dua bulan terakhir.
Aku meraih komputer tablet itu seraya membaca beberapa rincian dari laman tersebut. Di sana tertulis bahwa Kekaisaran Jepang sudah mengekstraksi sekitar 100.000 kilometer kubik air laut hanya untuk mendapatkan Tritium.
Tujuan mereka bukan untuk Tritium, tetapi untuk mengekstraksi Tralphium dari hasil reaksi fusi. Cara itu sudah pernah dilakukan oleh Admaspheria seabad lalu. Namun, karena kurang efisien dan langka, negara tetap menggunakan Tritium bersama dengan Anandtanium.
Aku juga tidak mengerti, mengapa Weyfert masih saja ingin menjalankan acara tahunan yang mereka sebut sebagai penelitian akhir bagi siswa kelas XII di Klamart. Padahal kondisi geopolitik dan juga alam sedang tidak baik-baik saja.
“Apa yang ingin kau lakukan? Apakah ini permintaan Aldrich?”
Kiara menggeleng. “Aku melakukan ini karena ini adalah caraku untuk menunjukkan bahwa aku begitu mencintainya.”
Sungguh, dadaku begitu sesak mendengar apa yang Kiara katakan barusan. Segenap perasaan yang mengendap kepada gadis itu hancur seketika. Aku tahu, ini semua bukan kesalahannya. Namun, memang tinggi harap ini untuk bisa tetap berada di dekatnya.
Sejenak khilafku menyingkirkan nama Freia dari hati.
Cerahnya cuaca di luar tidak serta merta menyinari hati dengan kedigdayaan dan hangat sang Sol. Segenap tubuhku terasa lemas. Utas semara yang terjalin kepada gadis dengan harum anggrek itu tiba-tiba kandas.
Hening kemudian merundung kami dalam bungkam lisan tak berujung. Hanya baku sorot yang teruntai dalam diam, menguntai hela napas bersama dengan senyum tipis di bibir Kiara.
“Maaf, aku tidak seharusnya mengatakan itu kepadamu.”
Aku menggeleng. “Kau tidak salah, aku yang terlampau mengharap. Seharusnya aku sudah meninggalkan rasa itu sejak mengetahui betapa kau memuja Aldrich.”
“Maafkan aku,” ujarnya dengan utas senyum yang terlihat pahit.
Aku menggeleng. “Aku tidak mengomentari apa pun tentang perasaanmu. Aku hanya tidak ingin kau melakukan ini, apa pun alasanmu.”
Ia menghela napas lalu menatapku. “Kau harus tahu, kestabilan negara ini di atas segalanya. Ini adalah pilihanku, tidak ada seorang pun yang memaksaku melakukan ini.”
Segenap kenangan tentang Freia tiba-tiba sirna dari kepala ini. Kengerian dari tiap bait frasa yang dilantunkan lisannya seolah menjadi sebuah elegi tersendiri. Aku tahu, ia tidak terpaksa melakukan ini, tetapi aku paham ke mana arahnya.
“Katakanlah, apa yang kau tahu tentang ini?” tanyaku pelan. “Aku tahu, segalanya tentu ada hubungannya dengan Annastasia.”
Ia tersenyum. “Aku akan melakukan apa pun demi Ald.”
Aku menggeleng. “Kau bisa melakukannya dengan cara lain, bukan dengan berpura-pura sebagai Annastasia dan menjadi umpan. Memangnya mengapa kau harus menjadi seperti ini?”
“Kau tahu, betapa berbahayanya Annastasia ketika ia jatuh di tangan musuh?”
Aku menggeleng. “Aku tidak tahu secara detail, tetapi Aldrich sudah memberikanku sedikit informasi.”