The Perpetual Chronicle: Fusion-Null

Faristama Aldrich
Chapter #49

Keputusan Besar (4)

Rayseans, 1 September 2306


Tak lama kemudian, Freia datang dan bergabung bersama kami. Ia mengenakan seragam Ventus Reginae yang terlihat begitu pantas dikenakannya. Saat melihatnya, aku tersadar bahwa tidak ada ruang untuk kembali setelah ikrarku di apartemen Aldrich barusan.

Aku harus menjaga Kiara apa pun yang terjadi.

Seraya laju kereta ini melambat tatkala memasuki perimeter Stasiun Weyfert, jantungku terasa berdetak makin kencang. Tidak kupungkiri bahwa apa yang saat ini kulakukan adalah sebuah keputusan besar.

Tatkala kampas rem yang tersemat pada poros roda besi ini saling berdekapan, seluruh rangkaian kereta akhirnya terhenti. Aku bisa melihat banyak pasukan Ventus Reginae yang berjaga di sekitar stasiun.

Memang menurut berita yang beredar, perhelatan kali ini Weyfert meminta bantuan dari pemerintah untuk mengamankan jalannya cara prestisius yang selalu menjadi barometer suksesnya pendidikan di semesta raya.

Tahun ini, berita tentang penyerangan Revolowned ke Admaspheria direspons dengan berbeda oleh negara. Presiden Prasetyo bahkan memerintahkan korps cadangan strategis unit dua di bawah kepemimpinan Jenderal Indrawibawa untuk berjaga di sekitar perimeter Klamart.

Unit Dua adalah komando cadangan strategis yang berisi semua personel Ventus Reginae yang berada di bawah komando cadangan; seperti lulusan Massalino Demano Terra.

Hal ini tentu saja menjadi masuk akal apabila Aldrich mengerahkanku dan juga Freia. Mengingat status kami adalah prajurit cadangan.

Namun, kami tidak diminta untuk menghadiri apel yang diselenggarakan oleh Ventus Reginae. Aldrich sebagai panglima tertinggi monarki bisa memerintah siapa pun untuk bekerja di bawahnya; termasuk aku dan Freia.

Kami langsung berjalan menuju ke salah satu unit kereta yang berada di peron 12. Impresi pertama ketika aku berdiri di sebelah kereta ini adalah terpancarnya aura penuh keangkuhan, keindahan, dan juga kekuatan.

Seperti saat aku melihat Evelynn atau Annastasia.

Kagum itu masih saja terus mengalir di dalam hati saat aku memperhatikan kereta terbaru ini. Katanya, Aldrich sendiri yang mengerjakan desainnya, bahkan ia menamai kereta ini dengan sebutan Annatha.

Aku tahu, pasti dari nama Annastasia dan Thelletha.

Sejenak aku memperhatikan keseluruhan kereta yang dirangkai dalam 15 gerbong. Dua lokomotif terletak masing-masing di ujung rangkaian. Dengan konfigurasi seperti ini, berarti secara efektif kereta ini memiliki dua penggerak.

Tak lama, sebuah pengumuman terdengar di seluruh stasiun. Ternyata Panglima Kepolisian hadir di sini untuk memberikan pengarahan sebelum kami berangkat. Namun, Evelynn dan Aldrich saling memandang sebelum akhirnya menoleh ke arah Panglima Jenderal Rahma Indriyatni.

Evelynn langsung mengisyaratkan Annastasia dan Thelletha untuk masuk ke dalam kereta. Aku tidak mengerti, tetapi ada yang salah dengan ini semua. Karena kedua bersaudara itu tampak langsung sibuk dengan gawai mereka.

Tanpa menunggu afirmasi apa pun, aku dan Freia langsung masuk ke dalam kereta mengikuti ke mana Evelynn pergi. Kebetulan memang belum ada seorang pun yang berada di sini.

Barisan remaja itu masih berbaris rapi di luar sana.

Mereka terkesima dengan aura sang Panglima Kepolisian.

Namun, ada hal yang sedikit membuatku berpikir. Apabila memang sekolah meminta Ventus Reginae untuk mengawal perhelatan ini, mengapa ada institusi negara lainnya berada di sini? Bukankah seharusnya hanya Ventus Reginae saja yang ditugaskan oleh negara?

 Aku menatap Freia, ia tampaknya mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Sejenak aku melihat ia menghela napas saat menatap peron dari satu-satunya jendela yang berada di ruangan kecil sebelum kabin masinis.

“Apakah ada yang salah?” tanyaku mencoba menyelidiki.

“Kepolisian Admaspheria seharusnya tidak terlibat dalam perhelatan ini, karena status mereka adalah penegak hukum, bukan pembela kedaulatan.”

“Lalu, apa masalahnya?” tanyaku makin penasaran.

“Ancaman dari Revolowned merupakan sesuatu yang diluar wewenang kepolisian. Apa yang beredar di golongan elite adalah sebuah ancaman terhadap kedaulatan dengan masuknya pasukan negara lain ke Admaspheria.

“Bukankah tidak relevan apabila polisi yang seharusnya menjadi penegak hukum dan penjaga ketertiban sipil berada di acara ini?”

Aku mengangguk setuju. “Kau benar, agak aneh memang mendapati bahwa mereka bertindak di luar wewenang.”

“Penyusup itu ada di Dewan Tinggi,” ujar Aldrich tiba-tiba muncul dari balik ruang mesin. “Aku sudah mengkonfirmasi bahwa ada pihak-pihak yang terlibat di Dewan Superlatif Absolut sehingga memerintahkan Kepolisian Admaspheria untuk bergerak.”

“Be-benarkah?” tanyaku tidak percaya.

Aldrich mengangguk. “Ia terlibat sejak awal dan berada di acara pertunangan Asya pekan kemarin. Satu-satunya pejabat dengan pangkat PROXIMUS yang berada di sana.”

Aku tahu, PROXIMUS adalah sebutan untuk pangkat tiga bintang kompas. Hanya Ventus Imperias Infinetas dan Ventus Imperias Grandehug saja yang memiliki pangkat tersebut.

Lihat selengkapnya