Annatha, Sabtu 1 September 2306
Hening menguasai kami dalam sepuluh menit terakhir. Isakan Freia memang sudah memudar bersama dengan lepasnya pagutan tubuhnya. Namun, aura kengerian masih saja terlontar dari bagaimana ia menatap Aldrich.
Kualihkan pandang ke arah jendela saat para siswa Weyfert mulai memasuki rangkaian kereta ini. Namun, sebuah pemandangan yang tidak diharapkan terlihat. Beberapa personel kepolisian tampak mengawal kegiatan ini.
“Tuan Anandta, apakah ada perintah untuk kepolisian melakukan ini?”
Aldrich menggeleng. “Sudah kukatakan berulang kali, panggil aku Aldrich saja. Berbicara tentang kepolisian, aku memang mendapatkan berita bahwa seseorang dari Dewan Superlatif Absolut memerintahkan kepolisian untuk mengawal ini.”
“I-itu berarti, ada orang di dalam pemerintahan yang menginginkan Annastasia untuk diculik?”
“Ada laporan dari Intelijen Ventus Imperias Infinetas bahwa seseorang terlibat dalam ini, tetapi sebelum semuanya terjadi aku tidak bisa berbuat apa-apa.” Aldrich lalu menggenggam jemari Kiara.
“Mengapa? Bukankah kau sudah mengantungi nama orang yang meminta Panglima Kepolisian melakukan ini?”
Ia menggeleng. “Tiba-tiba menangkap pejabat tinggi negara tanpa ada bukti yang kuat bukanlah cara yang bijak untuk menjalankan konstitusi.
“Admaspheria memiliki undang-undang yang mengatur bagaimana memutasi pejabat yang kedapatan melanggar konstitusi. Selama negara berdiri, kita tidak pernah berhadapan dengan masalah seperti ini.
“Sungguh, ini baru pertama kali kami mendapati ada pejabat publik yang melakukan permufakatan dengan pihak lain. Tidak elok sebenarnya menyebutnya pengkhianat. Mungkin saat ini ia sedang kehilangan arah.”
Sungguh begitu bijak kata-kata yang dilontarkan Aldrich di usianya yang mungkin tidak berbeda jauh denganku. Ia bahkan tidak menggunakan supremasinya untuk menjatuhkan martabat siapa pun orang yang mendalangi ini semua.
Sesekali ia menatap dari jendela ke arah kerumunan siswa yang mulai menghilang bersama dengan masuknya personel kepolisian yang diperintahkan oleh sang Panglima untuk mengawal kegiatan ini.
“Ini tidak baik,” ujar Aldrich lalu mengeluarkan ponselnya dan mulai mengerjakan sesuatu.
Tak lama, pintu kabin masinis terbuka hanya untuk menampilkan tubuh Evelynn yang langsung menatap adiknya dengan anggukan pelan. Ia menghela napas lalu duduk di sebelahku dan menatap Freia tajam.
“Apa kau sudah mengatakan semuanya termasuk peristiwa di Remeron?”
Freia hanya mengangguk pelan, mungkin yang dimaksud oleh Evelynn adalah hal paling menyakitkan terakhir yang kudengar barusan. Sejenak gadis itu lalu menghela napas kembali dan menatap adiknya.
“Seperti protokol standar, aku tidak ingin siapa pun masuk ke lokomotif sesuai dengan peraturan terkait kepemilikan wahana ini masih di bawah kendali SEMESTA yang berarti masih menjadi rahasia negara. Selebihnya, kau tinggal mengunci seluruh lokomotif dengan otorisasi defrose.”
Aldrich mengangguk. “Aku sudah melakukannya sejak awal. Setelah kuperiksa, semua pintu lokomotif terkunci.”
Aku tidak tahu, hal apa yang saat ini sedang tereskalasi di lingkaran mereka. Namun, kedua kakak beradik itu tampak tenang, meskipun terus sibuk dengan gawai di tangan mereka. Sesekali mereka menatap ke arah Panglima Kepolisian yang juga tampak sibuk bersama dengan beberapa ajudan di sekelilingnya.
Apa yang harus kulakukan sekarang?
Mengapa aku terjebak dalam situasi yang sebenarnya tidak pernah diinginkan?
Apakah ini konsekuensi karena aku terlalu ikut campur urusan Aldrich dan Annastasia?
Bukan, ini adalah manifestasi perasaanku kepada Kiara. Kehadiranku di rangkaian ini adalah untuk membuktikan bahwa ada semesta yang begitu paripurna bagi gadis itu. Meskipun aku harus menahan khisit saat melihat jemarinya begitu erat menggenggam tangan Aldrich.
Kuhela napas seraya menatap ke arah luar jendela, menyadari bahwa kereta ini ternyata sudah bergerak. Sungguh luar biasa, aku bahkan tidak tahu bahwa wahana ini sudah bergerak dan mulai beranjak meninggalkan Rayseans dalam waktu relatif singkat.