Klamart, Sabtu 1 September 2306
“Kau sudah mempersiapkan ini?” tanyaku keheranan.
Ia mengangguk. “Saat kau mengatakan hendak menjaga Elina, aku langsung meminta perlengkapan prajurit kepadamu. Saat ini posisimu ada di bawah Freia, patuhi apa yang ia perintahkan.”
Aku mengangguk, menoleh ke arah Freia dan memberikan hormat. “Mohon kerjasamanya, Sersan Dua Roem.”
Tatkala wahana ini benar-benar berhenti, Evelynn dan Annastasia keluar dari kabin masinis. Ada senyum yang terlihat getir saat sorotnya mengarah ke Kiara. Aku tahu, mereka pasti juga tidak menginginkan ini terjadi.
Aku duduk di kursi ini seraya memperhatikan siswa yang mulai berjalan ke luar wahana ini. Wajah-wajah itu terlihat begitu bergembira, tanpa mereka tahu bahwa ada sosok yang saat ini terlihat sendu karena harus mengorbankan dirinya.
Kiara tidak bisa menyembunyikan kalut yang membayangi matanya. Meskipun ia dijaga oleh orang terkuat nomor tiga di semesta raya, segenap kengerian itu tetap terlihat begitu nyata. Ia menarik ujung baju Aldrich untuk menahan lelaki itu.
Ia menatap gadis itu dengan wajah penuh sendu. Tidak lama, beberapa personel Ventus Imperias Infinetas juga berada di ruangan ini. Mereka mengenakan emblem yang mirip seperti Kiara. Aku tidak mengerti, apakah ada pasukan khusus lagi di tubuh Ventus Imperias Infinetas?
“Kapten!” ujar kelima pasukan itu lalu memberikan hormat kepada Kiara.
Mereka langsung mengenali Kiara meskipun ia menyamar sebagai Annastasia. Aku langsung mengenali salah satu perwira yang memiliki pangkat Letnan Satu di bahunya. Apakah ia yang akan memimpin operasi ini seperti yang dikatakan Aldrich?
Ia bahkan tidak mengenali Aldrich sama sekali. Lelaki itu hanya sibuk membahas rencana bersama dengan Kiara dan keempat personel lainnya. Aldrich hanya memejamkan mata dan mengangguk sesekali.
Setelah itu, Letnan Satu itu menatapku. “Bagaimana, prajurit?”
Aku mengangguk. “Aku akan mengikuti apa pun perintahmu, Letnan. Bagiku, menjaga Kapten Kiara adalah sebuah kehormatan.”
Ia menghela napas lalu berjalan ke arahku. “Jangan coba-coba menyentuh Kapten Kiara. Ia adalah aset milik Yang Mulia SIRIUS!”
Aku mengangguk. “Aku tidak akan melakukan itu. Bagiku sekarang, menyelamatkan Kapten Kiara adalah sebuah prioritas.”
“Kopral Dua Rigera! Sersan Dua Roem! Atas perintah Yang Mulia SIRIUS, kalian masuk dalam operasi alpha null di bawah Ventus Imperias Infinetas Sigma!
“Kalian tidak menerima perintah dari matra mana pun kecuali Ventus Imperias Infinetas Sigma. Objektif kalian adalah melindungi Kapten Kiara dan Carl Parschberg sebagai aset miliki Yang Mulia SIRIUS!”
Aku dan Freia memberikan hormat. “Siap! Laksanakan!”
“Bagus, prajurit. Mulai sekarang, kalian bukan berada di bawah Ventus Reginae Unit 2, tetapi kalian adalah Ventus Imperias Infinetas Sigma.”
Aku menatap ke arah Aldrich yang saat ini hanya tersenyum seraya Letnan Satu Suhendar memberikan kami seragam baru. Ia lalu memimpin langkah untuk keluar lokomotif, sementara aku dan Freia tetap bersama Kiara.
“Aldrich, bisa kau jelaskan sesuatu?”
Ia mengangguk. “Ventus Imperias Infinetas Sigma adalah pasukan khusus yang hanya bergerak di bawah komando SIRIUS. Satu-satunya pasukan super elite yang bisa memberikan komando dalam keadaan hijau hanya Ventus Imperias Infinetas Sigma.”
“Keadaan hijau?” tanyaku keheranan.
“Ada tiga kondisi yang selalu kami awasi. Hijau, artinya keadaan antar negara dan teritorial semesta raya dalam keadaan normal. Kuning, artinya keadaan antar negara di Bumi dalam keadaan tidak baik. Mungkin bisa dikatakan bahwa perang dunia keempat adalah kondisi kuning.
“Terakhir adalah merah. Itu berarti kondisi semesta raya sedang tidak baik-baik saja. Apabila Revolowned berhasil menculik Asya, maka keadaan menjadi kuning. Lebih-lebih, apabila deretan Fusion-Null terjadi, itu adalah keadaan merah.