The Photographer

Wira karmayudha
Chapter #2

BAB II

Langkah kaki Elisa semakin cepat. Ia harus segera menyusul ayahnya yang sudah menunggunya di dalam mobil dari tadi. Hari ini adalah hari Sabtu, Pak Romi akan berangkat ke Desa Palajo untuk memenuhi janjinya kepada Pak Kurniawan. Elisa mengenakan Dress berwarna hitam yang merupakan pemberian ibunya. Ia memaksa untuk ikut bersama Ayahnya ke Desa Palajo karena ia tidak mau sendirian di rumah. Sebenarnya Pak Romi bisa saja menitipkan Elisa kepada neneknya, Namun Elisa tidak mau dan bersikeras untuk mengikuti perjalanan itu. Hampir setiap Job Dokumentasi yang di ambil ayahnya, Elisa selalu ingin ikut. Pak Romi tidak bisa menolak keinginan Elisa. 

Elisa duduk di sebelah ayahnya yang akan menyetir, Elisa menutup pintu mobil. Tak berapa lama kemudian, mobil melaju ke jalanan dan meninggalkan rumah mereka. Elisa menatap fokus ke setiap pohon-pohon yang mereka lalui. Pohon-pohon itu seolah-olah saling berlari dan berkejaran.Kumpulan Embun pagi membasahi kaca jendela mobil. Elisa tampak bahagia sambil mengeluarkan sebuah kamera kecilnya. Ia sudah tidak sabar ingin ikut memotret Acara pemakaman itu. Ia ingin memotret Jenazah yang sedang terbaring di dalam peti mati atau yang terbungkus dengan kain kafan. Sudah lama ayahnya tidak mengajaknya melakukan perjalanan, dan ini adalah kesempatan emas bagi Elisa. Pak Romi kelihatan tegang sambil menyetir mobilnya, Ia sebenarnya tidak setuju Elisa untuk ikut, namun Ia tidak bisa untuk menolak permintaan gadis kecilnya itu. Sebagai seorang ayah Ia sadar memang terlalu memanjakannya.Seringkali, Pak Romi menjadi kesal dengan dirinya sendiri.

Mobil mereka berhenti di depan sebuah rumah bercat putih, seorang Pria dengan kacamata dan jaket hitam sedang berdiri menunggu mereka. Pak Romi membuka kaca mobil, dan menyapa pria itu. ‘’Selamat Pagi Pak, saya Romi...Fotografer Acara Duka Cita’’. 

Pria itu tersenyum dan melepaskan kacamata hitamnya. ‘’Selamat pagi, Pak Romi...senang berkenalan dengan Anda..Saya Kurniawan’’. Pak Kurniawan segera masuk ke dalam mobil mereka. ‘’Apa saya kesiangan?’’ tanya Kurniawan dengan serius.

‘’Hampir saja kami meninggalkanmu, jika kamu tidak segera muncul..haha...’’ sahut Pak Romi.

‘’ Maaf, Semalam aku benar-benar sulit tidur. Kita harus sampai di sana jam 10.30, karena acara pemakamannya akan dimulai pukul 12.30. kita harus mempersiapkan peralatan foto terlebih dahulu.’’ Jelas Kurniawan sambil melirik ke arah Elisa.

‘’Tenang saja pak, semuanya sudah saya atur’’ jawab Pak Romi.

‘’Oh, ada gadis kecil di sini..? Siapa namamu nak? apa ini anakmu?’’tanya Kurniawan sambil menatap Elisa.

Elisa tidak suka dengan pertanyaan pria asing itu, dan tidak mau menjawabnya.

‘’Betul pak, perkenalkan, Ini Elisa, anak perempuan saya’’ Jawab Pak Romi dengan tenang.

‘’Siapa Namamu?’’ Kurniawan kembali bertanya kepada gadis itu.

‘’Elisa...’’ dengan gugup Elisa memperkenalkan namanya.

‘’Oh....’’ kemudian Kurniawan melirik kamera yang di pegang Elisa.

Dengan berani, Elisa memotret wajah Kurniawan yang sedang menatapnya. Kurniawan tersenyum melihat anak kecil itu dan sambil membelai kepala Elisa. Pria itu tampak tertarik dengan Elisa yang cantik dan misterius. Elisa membuang mukanya dan mengalihkan pandangan matanya ke jendela. Sementara Pak Romi fokus menyetir.

                             ***

Jam menunjukkan pukul 09.00, Mobil mereka semakin memasuki kawasan hutan yang di kenal angker. Untuk mencapai Desa Palajo, mereka harus melalui hutan ini dan lokasi Desa itu masih harus di tempuh dengan berjalan kaki. Banyak pohon-pohon yang daunnya berguguran di kanan-kiri jalanan, dna tidak ada rumah penduduk di sekitar hutan. Elisa tertidur di dalam mobil di saat ayahnya sedang fokus menyetir mobil, sementara Kurniawan sedang sibuk menunjukkan jalan menuju Desa Palajo kepada Pak Romi supaya mereka tidak tersesat.

‘’Belok kiri, lalu kita akan melewati kuburan kuno, setelah itu kita akan sampai di gerbang menuju Desa Palajo..’’suara Kurniawan terdengar pelan supaya tidak mengganggu Elisa yang sedang tertidur pulas. ‘’Maaf, mata saya silinder,jadi pandangan mata saya agak kabur kalo menyetir, jadi terpaksa minta bantuan Pak Romi untuk menyetir...’’ Sebenarnya Kurniawan merasa tidak enak hati harus meminta tolong Pak Romi untuk menyetir menggantikan dirinya. ‘’Tidak masalah pak, saya juga merasa terpanggil untuk mendokumentasikan Acara Pemakaman ini, Pekerjaan ini termasuk ibadah...’’ ujar Pak Romi.

Lihat selengkapnya