The Photographer

Wira karmayudha
Chapter #3

BAB III

                     

Tidak ada yang aneh dengan Desa Palajo, semuanya tampak normal-normal saja. Rumah-rumah penduduk yang asri, orang-orang yang kelihatan ramah, dan juga anak-anak kecil yang senang bermain. Namun ketika ada satu orang yang meninggal di Desa ini, mereka akan bergotong royong untuk membuat Acara Pemakaman yang besar untuk mengenang kematian orang tersebut. Dan hari ini adalah Acara Pemakaman seorang anak kepala Desa. Namanya Anton. Anton meninggal karena tertimpa pohon yang tumbang akibat angin kencang yang melanda desa tersebut beberapa hari yang lalu. Sebuah pohon tumbang dan menimpa rumah Anton hingga ia tewas mengenaskan. Tulang-tulangnya remuk dan kepalanya pecah. Namun untungnya istrinya selamat dan sedang di rawat di rumah sakit. Mendengar cerita tersebut membuat Pak Romi menjadi mual dan tidak bernafsu untuk mendokumentasikan acara pemakaman itu. Terbayang di kepalanya bagaimana kondisi fisik Almarhum Anton yang meninggal karena tertimpa pohon. Sebelumnya Pak Kurniawan belum menceritakan kondisi jenazah itu. Semuanya sudah terlanjur, Pak Romi sudah berjanji dan harus segera menyelesaikan pekerjaannya mendokumentasikan Acara Pemakaman ini termasuk memotret Jenazah Almarhum Anton. Sementara Elisa tampak bahagia melihat suasana Duka yang di selingi kesedihan dan ratapan. Elisa memang aneh, sejak di vonis dokter mengidap Autisme, perilakunya menjadi aneh dan seringkali berbahagia di atas penderitaan orang lain. Pak Romi tidak mengerti harus berbuat apa untuk menyembuhkan Elisa. 

Elisa menggandeng pergelangan tangan ayahnya seraya berkeliling untuk mengenali tempat itu. Kamera DSLR tergantung di dadanya.Ia tidak ingin berpisah dengan kamera itu sedetikpun. Kemudian ayahnya berhenti. ‘’El, tunggu papa ya, papa harus kerja dulu..sambil menunggu kamu boleh bermain bersama anak-anak itu’’ Pak Romi menunjuk ke arah sekelompok anak-anak desa yang sedang bermain. Elisa mengangguk setuju.

Namun tiba-tiba terdengar suara jeritan histeris Orangtua Almarhum Anton yang menangis. Ayahnya adalah Kepala Desa yang sangat di hormati di desa itu. 

‘’Mayatnya hilang !!! ‘’Orang-orang Desa menjadi panik dan histeris karena Mayat Anton menghilang di curi oleh seseorang.

‘’Mayatnya Hilang !!!! Cepat kalian cari...!!’’ seorang pria berteriak memerintahkan seluruh penduduk desa untuk mencari mayat Anton yang menghilang secara tiba-tiba.

Acara pemakaman itu menjadi batal, orang-orang yang berkumpul akhirnya bubar dan pulang ke rumah masing-masing. Sementara keluarga Anton menangis tersedu-sedu.

Pak Romi tidak menyangka Acara pemakaman itu menjadi kacau karena jenazah Anto lenyap.

‘’A..Apa yang sebenarnya terjadi pak?’’ Pak Romi bertanya kepada seorang pelayan rumah kepala Desa.

‘’Maaf Pak Romi, dengan sangat menyesal Acara pemakaman ini kami batalkan karena Mayat Almarhum Anton hilang, di curi oleh isterinya....jadi Pak Romi boleh pulang’’. Pelayan itu tampak ketakutan.

‘’Isterinya...?’’ Pak Romi menjadi penasaran.

‘’Menurut saksi mata ada yang melihat Istrinya datang secara sembunyi-sembunyi, dan ketika Mayat Pak Anton kami simpan di sebuah Ruangan khusus, Mbak Jenar mencurinya dan membawa mayat suaminya ke tempat lain...saya juga kurang tahu pak, masih di selidiki oleh warga..’’ jawab Pelayan itu.

‘’Jadi sekarang istrinya masih berada di sekitar desa ini?’’ tanya Pak Romi.

Lihat selengkapnya