Pagi kembali menyapa, setelah menyiapkan sarapan pagi aku melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 07:00 am dan memperhatikan pintu kamar kak Brian yang masih tertutup rapat dan begitu tenang untuk seseorang yang biasanya menghabiskan pagi nya dengan enegri 100% lebih banyak dari manusia normal, terlebih lagi ini sudah jam 7 pagi, tidak biasanya kak Brian terlambat.
Aku yang mulai diliputi rasa cemas segera beralih kekamarnya dan mengetuk pintu kamar kak Brian perlahan. "sarapannya siap!" Sapaku lalu menunggu sejenak tapi suasana tetap terasa hening, aku tidak mendapatkan respon apapun dari kak Brian. Tak mau menunggu lama, aku menggait gagang pintu dan membukanya, disana tampak kak Brian belum beranjak dari ranjangnya, selimut masih menutupi tubuhnya.
"Sepertinya aku akan off hari ini!" Kata kak Brian dengan suara yang nyaris menghilang.
Aku mendekat lalu meletakan tangan ku dikepalanya. Dia terkena demam.
"Aku akan membeli obat un..." Kata ku terputus ketika kak Brian menggenggam tangan ku lalu menatapku seperti seekor anak kucing yang sedang mengiba makanan.
"Hei, Haruka! Bisa kah kau membantuku hari ini saja? Kumohon! aku tidak akan sakit tiba-tiba lagi lain kali" kata kak Brian sambil menggepalkan kedua tangannya di depan seperti membuat sebuah permohonan membuatku sedikit kesal. Aku sudah menduga nya. Tatapan mata nya yang berbinar tadi memang mengandung unsur sara.
***
Aku menghela nafas panjang sesampainya di klinik dan melirik kearah sekeliling ku, sebenarnya aku mulai membenci segala hal yang berkaitan dengan klinik, psikologi atau sebagainya. jika bisa aku ingin kembali pada awal sebelum aku mengenal semua itu.
Sayang nya mesin pemutar waktu belum ditemukan dan aku harus berhenti mengeluh untuk sementara.
Aku menggait telfon lalu mencoba menghubungi manager tempatku berkerja, aku meminta izin tidak masuk hari ini karna harus menggantikan kak Brian di klinik, kak Brian sudah membuat janji dengan seseorang pasien dan tidak bisa di cancle begitu saja, jadi dia memintaku untuk mewakili permintaan maaf nya pada pasien tersebut.
Sebenarnya ini mengesalkan tapi aku tidak bisa menolak permintaan nya, dia sedang sakit, jika aku tidak menggantikannya di klinik dia pasti akan memaksa dirinya sendiri datang ke klinik meski kondisinya sedang kurang sehat.
Lalu jika kalian bertanya mengapa dia hanya berkerja sendiri di klinik tanpa asistant, alasannya karna dia menungguku! Dia tidak akan memperkerjakan orang lain sebelum aku berkeja bersama nya, sangat keras kepala. Apa dia tidak memikirkan efek buruk dari hal itu bagi pekerjaan nya? Jika saja dia tidak terkenal mungkin klink ini sudah tutup jauh hari.
Disela lamunan ku dan alunan pikiranku yang melayang entah kemana, seseorang hadir dengan menggait kenop pintu klinik lalu mendorong nya kuat, dia terlihat tergesa-gesa dengan nafas yang tidak beraturan. Tatapan nya seketika saja menjadi tajam menatapku yang duduk santai di ruang tunggu.
Aku menutup majalah yang sedang kulihat lalu berdiri pelan, pria itu segera menghampiriku dengan cepat dan menarik kerah bajuku.
Tubuhku tersudut dimeja sedangkan tanganku segera meraih tangan pria itu untuk melepaskan cekikan kuat nya.
"Berhenti ikut campur!" Katanya tegas, tatapan nya terlihat sangat menakutkan, giginya menggeretak kuat. "Jika kau masih mengusik hidup ku, aku akan membunuhmu detik ini juga!" Tambah nya.
Aku terus menatap matanya sedalam mungkin dan saat itu aku tersadar jika dia pria yang kemarin berpapasan dengan ku di ambang pintu, lalu ada apa dengan nya? Apa yang terjadi? Tatapan matanya tidak lagi teduh, dia tidak ramah seperti saat pertama kali aku bertemu dengan nya. Bahkan lengkung senyum sempurna nya tidak lagi tersirat dari raut wajah nya.
Aku kembali mencoba melepaskan tangan nya saat tak sanggup lagi menahan cekikan nya. "Lep..lepas, aku tidak mak..sud...mu!" Kataku mencoba menjelaskan tapi dia semakin mempererat cekikan nya, dia menjadi lebih marah dari sebelum nya.
"Kau yang sudah ikut campur dalam urusanku, lalu kenapa kau tidak tau apa yang kumaksud, dokter?" Tanya nya.
Dokter? Dia baru saja bertemu kak Brian kemarin lalu bagaimana bisa dia lupa dengan wajahnya kak Brian?
Pria itu kembali mengerang kearah ku "Hentikan semuanya, dia tidak butuh obat atau apapun itu, dia hanya perlu mati!" Teriak nya kuat diiringi cekikan nya yang semakin kuat, aku bisa merasakan tubuhku yang mulai melemah, dadaku terasa sesak, dan nafasku yang tertahan. Hanya perlu beberapa detik lagi untuk mengakhiri hidup ku namun disaat semua menjadi abu-abu, aku merasakan tetesan tetesan air yang jatuh ke wajah ku diiringi dengan tangisan pelan.
Tangan pria itu merenggang dan aku mendapat kembali suplie oksigen yang ku butuh kan.
"Uhukk... uhuuuk!" Perasaan lega diiringi dengan batuk kuat saat aku kembali bisa bernafas dengan benar.
"Tidak lagi, aku tidak ingin kembali lagi, kenapa harus aku?" Kata pria yang masih berada diatas tubuhku layaknya seorang anak kecil yang sedang merengek. "Aku tidak mau lagi, hentikan semua ini!" Teriak nya kuat sambil pergi dari sana menuju sudut ruangan dan meringkuk dirinya sendiri.
Aku dibuat kebingungan dengan keadaan dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi? Apa mungkin Yoshimura bukan hanya pengidap bipolar tapi juga kepribadian ambang? Atau bahkan kepribadian ganda? Kepribadian nya terasa sangat kacau dan terpecah belah.
Aku membenarkan kerah bajuku walau salah satu kancingnya sudah terlepas. Setelah nya aku menenangkan diri ku dari situasi syok yang baru saja kudapatkan. Saat semua kurasa baik, aku berjalan pelan menuju Yoshimura di sudut ruangan dan duduk dihadapan nya.
Dia terlihat sangat frustasi dan terus menangis. "Jahat! Kenapa ini semua harus terjadi? Dimana ibu? Kenapa harus dengan dia? Aku tidak ingin tinggal bersama nya, aku mau ibuku.. ibu.." Yoshimura masih meringkuk dan menangis di sudut ruangan dengan menutup seluruh wajahnya dengan lengan sedangkan aku terus memperhatikan secara seksama apa yang dia katakan, jika dia memang mengidap kepribadian ganda seharusnya ada banyak informasi yang dapat kugali dari kepribadian nya yang lain meskipun aku tidak tau mana Yoshimura yang sebenarnya.
"Jahat, tidak ada orang yang menyayangi ku, dia meninggalkan ku, kenapa harus aku? Disini sangat gelap, aku takut ketika dia kembali, dia akan memukulku, melukai ku, aku tidak tau harus bagaimana? Apa yang bisa kulakukan? Aku hanya anak kecil, siapa yang akan melindungi ku jika ibuku tidak lagi disini bersama ku? Aku ingin bertemu Muller, dia pasti tau bagaimana cara mengkhiri ini semua, dimana kau Muller? Tolong aku, aku tidak ingin berada disini. Cepatlah kembali"