The Pieces of Memories

Moon Satellite
Chapter #14

TIGA BELAS

Tanda tanya besar kembali memenuhi pikiran Ileana, hidupnya sendiri saja sudah penuh dengan tanda tanya ditambah foto yang ia temukan di kotak kayu miliknya dari masa kecilnya menambah tanda tanya besar bahkan lebih besar lagi. Apa hidupnya selama ini sudah diatur? Jika memang benar terus hidup seperti apa yang sebenarnya ia miliki?

Ileana meletakkan kepalanya di kepala kursi, menatap langit-langit ruangannya. Layar PC-nya masih menyala menampilkan halaman dari salah satu situs web yang menulis artikel mengenai panti asuhan tempat tinggalnya dulu. Awalnya ia tak begitu yakin panti asuhannya akan muncul di laman pencarian, diluar dugaan ternyata banyak sekali artikel yang mengulas tentang panti asuhan Cahaya Delima yang merupakan salah satu yayasan di bawah kepemilikan Athena group.

Ia memejamkan matanya,menghela napas lelah dengan semua yang terjadi dalam hidupnya. Percuma dia bertanya-tanya mengapa tinggal di yayasan milik Athena group dan sekarang dirinya juga bekerja di perusahaan di bawah kepemilikan Athena group. Sangat mudah jika dibilang sudah diatur tapi Ileana tetap ingin berpikiran positif mungkin hanya kebetulan, hiburnya dalam hati.

Pintu ruangan Ileana terbuka, tubuh bongsor Daniel menyembul dengan wajah yang berseri membuat Ileana mengerutkan dahinya dan berpikir sepertinya saraf otak Daniel kembali rusak.

“Le, sepuluh menit gue tunggu di lobby,” dan keluar.

Ileana yang masih mengerutkan dahinya semakin berkerut bahkan kedua alisnya hampir menyatu, “Ga jelas banget tu orang,” geleng-geleng kepala.

Ia menyambar blazer menggantung di stand hanger dan cross-body bag yang tergeletak di atas meja, dan berlalu menuju lobby. Daniel melambaikan tangan dengan heboh setelah melihat Ileana yang keluar dari lift, dan membuat beberapa karyawan yang berada di lobby memandang aneh tingkah Daniel yang tidak seperti biasanya. Ileana menutup sebagian wajahnya dengan tangan menahan malu.

“Yuk,” berjalan lebih dulu, mobil Daniel sudah terparkir di depan gedung dan mereka segera masuk.  

Mereka sedang perjalanan menuju tempat lokasi pemotretan, Ileana mengecek kembali berkasnya. Daniel sedari tadi sibuk menerima telephone dari beberapa koleganya. Sesekali Daniel bertanya mengenai perkembangan projek mereka, dan Ileana akan menjelaskan. Sejauh ini hubungan mereka memang hanya sebatas hal itu, obrolan yang paling sering mereka bahas mengenai pekerjaan dan tidak ada hal lainnya, semua berubah semenjak Daniel yang secara mengejutkan nyasar ke unit Ileana dalam keadaan mabuk. Kejadian yang sangat menyebalkan tapi menjadi titik awal kedekataan mereka ya mungkin bisa dibilang lebih dari sekedar partner kerja.

Setelah sampai, Daniel langsung memarkirkan mobilnya di lapangan parkir, tanpa menunggu Daniel mematikan mesin, Ileana sudah lebih dulu turun dan segera berjalan menuju tempat pemotretan. Sebuah taman yang mereka sewa untuk pemotretan, beberapa mobil para kru dan staff terparkir rapi dan telihat hilir mudik beberapa staff. Orang-orang menunduk ketika melihat Ileana yang berjalan dari pintu masuk, Ileana hanya melambaikan tangan sambil terus berjalan.

“Miss Ileana semua persiapan sudah siap, artis sedang dimakeup dan ini skedul hari ini,” jelas Indri memberikan lembaran kertas berisi skedul kegiatan kepada Ileana sambil menjelaskan, Ileana menerima sambil terus berjalan menuju ruang makeup. Di sebuah tenda yang digunakan untuk tempat ganti dan makeup, terlihat Adinda Aulia seorang artis yang sedang naik daun sedang dimakeup dan terlihat Joy sedang berdiri dengan beberapa tim fashion mengawasi baju yang akan digunakan untuk pemotretan.

Setelah tersenyum sekilas ke Adinda Aulia, Ileana berjalan perlahan ke arah deretan baju yang tergantung rapi. Ia meneliti setiap baju, mulai dari kerahnya, lengan, bahkan hingga bagian-bagian yang mungkin tidak akan terbidik kamera tak dilewatkannnya. “Kalian tahukan apa yang harus kalian kerjakan, jangan sampai aku melihat ada kesalahan sekecil apapun,” ujar Ileana dan berlalu pergi.

Sepeninggalan Ileana, semua orang yang berada di tenda langsung menghela napas. “Gue hampir mati gara-gara nggak bisa napas, ngeri banget!” ujar Tya sambil mengelus tangannya_merinding.

Sementara Joy yang melihat kelakuan lucu teman-temannya hanya tersenyum, “Kaliankan tahu bagaimana khawatirnya miss Ileana untuk projek ini, semangat ya!” serunya menyemangati, dan langsung diangguki keempat tim fashion dan kembali bekerja.

Di luar setelah dari tenda, Ileana berjalan menuju staff yang sedang mengatur set untuk pemotretan, “Sepertinya bunganya lebih bagus kalian letakkan di bagian samping, karena jika kalian taruh di tengah akan menyita mata,” sigap orang yang paling dekat dengan bunga yang dimaksud Ileana langsung memindahkan ke tempat sesuai dengan arahan Ileana.

Ileana melihat lagi kertas yang dibawanya, tapi gerakannya tertahan, tiba-tiba perutnya terasa begitu melilit, ia melirik sekilas dan berjalan menjauh. Di bawah pohon jauh dari kerumunan, ia meringis menahan sakit di perutnnya sambil merogoh isi tasnya mengambil obat pereda nyeri yang selalu ia bawa. Merasa sudah lebih baik setelah meminum obat Ileana menghela napas sebentar dan kembali, karena sesi pertama pemotretan akan segera dimulai.

 

Daniel sudah berdiri di samping Diego­_ photographer yang bekerja sama dengan lokies terlihat sedang berbincang dan melihat Ileana yang tengah mengkondisikan set. Diego sedang menyetel kameranya menyesuaikan pencahayaan, dan tak sengaja kameranya yang sedang terarah di set membidik Ileana yang sedang mengecek kondisi set apakah sudah siap dan terlihat sedang berbincang dengan salah satu staff. Potret Ileana langsung terpampang di layar laptop dan membuat Daniel yang berada di samping Diego menengok hasil jepretan Diego.

“Loh Ileana ya?” tanyanya setelah sadar siapa yang tak sengaja tertangkap lensa kameranya.

Daniel yang berada di samping Diego ikut memperhatikan hasil gambar yang terpampang di layar laptop depan mereka.

“Udah lama nggak pernah ketemu makin cantik ya dia,”

“Ngomong apaan sih lo? nggak jelas tahu,” jawab Daniel.

Lihat selengkapnya