The Pieces of Memories

Moon Satellite
Chapter #16

LIMA BELAS

Nimbostratus menggantung rendah di langit, warnanya yang keabu-abuan dan menyebar menutupi hampir seluruh langit membuat suasana semakin suram, angin bertiup membawa aroma hujan yang terasa jauh lebih dingin dari pada biasanya. Orang-orang memilih menghabiskan akhir pekan berada di rumah berkumpul dengan keluarga, makan bersama sekedar mengobrol menceritakan cerita-cerita lucu, atau menonton film dari pada pergi keluar rumah dan hujan turun tiba-tiba merusak agenda.

Tapi tidak dengan Ileana, gadis itu terlihat muram sambil menatap riak tenang air seorang diri, di pinggir waduk Ria Rio yang jauh dari kerumunan orang-orang, Ileana seperti bersitatap dengan waduk berduaan, bercengkrama, saling bertukar cerita. Duduk di atas hamparan luas rumput dengan angin semilir meniup-niup manja rambutnya yang terikat rapi.

Wajahnya yang tirus terlihat semakin mengerikan dengan kantung mata yang semakin menghitam menghiasi wajahnya yang berwarna pucat. Beberapa hari ini Ileana hampir tidak bisa tidur nyenyak, ia selalu mengandalkan obat tidur untuk membantunya terlelap tapi tetap terbangun tiga jam setelahnya dan tidak bisa tertidur kembali. Bukan karena banyaknya pekerjaan yang membuatnya kehabisan waktu tidur, akhir-akhir ini Ileana merasa terus gelisah, tidurnya tidak pernah benar-benar nyenyak.

Langit terlihat semakin menghitam sepertinya sebentar lagi hujan akan turun, beberapa orang terlihat mulai meninggalkan kawasan taman waduk Ria Rio dan hanya terlihat segilintir orang yang sedang berolahraga dan juga Ileana yang masih duduk menatap air. Kebiasaan yang selalu ia sukai dari dulu hingga sekarang, sama seperti saat dirinya masih tinggal di panti Ileana akan pergi menyendiri di danau hingga perasaanya lebih baik baru ia akan kembali.

Aroma woody terhirup penciuman Ileana, dari ekor matanya ia melihat seorang pemuda yang berdiri tidak jauh darinya berada. Sepertinya pemuda itu sedang beristirahat sehabis berolahraga, karena terlihat mendudukkan tubuhnya di rumput dan menatap air yang bergoyang-goyang karena tertiup angin, dengan napas yang menderu.  

Ileana mencium aroma woody yang terasa lebih pekat dan seseorang yang terlihat sudah mendekat ke arahnya, “Maaf apa kita pernah bertemu?” pemuda beraroma woody itu mengubah duduknya searah dengan posisi Ileana berada dan lebih dekat.

Ileana menggeser sedikit tubuhnya, ia memperhatikan sekilas wajah pemuda itu dan seperti yang diucapkan pemuda tadi ia seperti pernah melihat wajahnya, tapi karena tak begitu yakin Ileana menggeleng pelan.

“Masa sih? Kayaknya pernah deh kita ketemu?” ucap pemuda woody dengan jari yang menopang dagunya seakan sedang berpikir.

Pemuda itu menjentikkan jarinya, “Gue inget, lo wakil direktur lokies kan, Ileana kalau nggak salah nama lo?” jawabnya sambil mengarahkan jari telunjuknya, “Gue Reza teman Daniel, kita ketemu di malam launching,” menjelaskan setelah melihat wajah Ileana yang sepertinya tidak ingat dengan dirinya.

Baru setelah Reza berkata mereka bertemu di malam launching, Ileana mengingat, “Maaf ingatan saya memang sangat buruk,” buru-buru menjadi sopan dan meminta maaf.

“Lo mau nunggu sampai ujan turun ya?” menatap polos langit yang semakin menghitam dan mengerutkan keningnya khawatir hujan akan segera turun sementara tempat untuk berteduh lumayan jauh dari tempat mereka berada.

“Suasanya enak di sini,”

Wajah Reza yang semula terlihat khawatir hujan akan turun seketika berubah rilek dan sedikit tersenyum, “Setuju, gue udah beberapa kali jogging di sini dan emang enak banget apalagi kalau sore-sore kaya gini, ditambah pohon baobab yang emang jadi ikonnya taman ini,” menengok ke belakang menatap pohon baobab yang batangnya menjulang tinggi.

Ileana terlalu menikmati suasana yang sendu dan sunyi hingga ia melewatkan menikmati baobab yang berada tepat di belakangnya. Ia baru sadar ternyata pohon yang katanya pohon surga itu menjulang begitu tinggi.

Lihat selengkapnya