Lampu unit langsung menyala setelah sensor mendeteksi kedatangan Ileana setelah pintu dibuka, Ileana berjalan lesu menuju ruang televisi hanya untuk membuka gorden dan setelahnya sambil merenggangkan tangannya yang terasa pegal, Ileana berjalan menuju menuju dapur, tenggorannya terasa kering karena terlalu asyik duduk menatapi waduk selama lebih dari tiga jam tanpa bergerak, Ileana langsung menenggak habis air mineral dan berlalu menuju kamar mandi ia sudah tidak tahan dengan tubuhnya yang lengket.
Rutinitas Ileana setiap hari yang tidak pernah ia lewatkan, berkencan dengan bertumpuk-tumpuk berkas dan buku sketsa. Ileana melirik jam yang terletak di meja, melihat waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, kemudian Ileana kembali menatap berkas yang sudah berpindah ke sisi kiri yang berarti semuanya sudah selesai ia kerjakan. Matanya yang masih terasa segar karena sehabis mandi, tapi tidak ada perkerjaan yang bisa ia lakukan. Ileana terdiam beberapa saat, berdiri dari duduknya, meraih buku stetsa dan pena, dan berlalu ke luar.
Udara segar langsung menyambut Ileana ketika pintu dibuka ia dengan berada di balkon taman, aroma setelah hujan sore membuat perasaan Ileana lebih relaks. Gadis itu berjalan menuju kursi yang biasanya ia gunakan, mengulurkan telapak tangannya untuk menyeka kursi yang basah. Meletakkan bukunya di meja dan ia duduk, menaikan kedua kakinya di kursi dan mulai mencoret-coret bukunya. Karena sebentar lagi musim baru akan muncul, Ileana harus sudah memiliki gambaran kasar untuk proyek terbaru lokies.
“Lo emang suka keluar jam segini ya?” suara bariton terdengar tiba-tiba membuat Ileana terkejut bukan main, bukunya sudah terlempar di meja dan pena yang ia bawa jatuh entah ke mana.
Sang pelaku sedang terkekeh, melangkah dari pintu menuju tempat Ileana yang terlihat masih mengatur napasnya.
“Lo punya hobi bikin orang jantungan ya?” ujar Ileana sewot dan meraih ipadnya.
Daniel menarik kedua sudut bibirnya ke bawah tak peduli dan duduk di samping kanan Ileana, mengeluarkan rokok dari sakunya meletakkan di atas meja dan merogoh saku celana satunya untuk mengambil pemantik.
“Minggu depan kita ada pertemuan di luar kota, lo udah tahukan?” tanya Daniel teringat pertemuan yang harus mereka hadiri, sambil tangan kanannya menyematkan rokok di sela bibirnya dan menyulutnya menghembuskan asapnya ke sisi belakang.
Gadis itu mengangguk acuh tak acuh, “Gue udah baca emailnya,” Ileana benar-benar tak tertarik dengan pertemuan minggu depan yang bertempat di Jogja.
“Bagus,” memuji, Daniel melirik sekilas wajahnya berubah serius, “Lo nggak kesusahan pegang dua jabatan sekaliguskan? Kalau lo kesusahan gue bisa bantu buat bilang ke Papa.”
Ileana melirik kaget jarang-jarang Daniel menunjukkan sikap khawatirnya terhadap karyawannya, “Kalau gue kesusahan boleh jadi designer utama aja?”
“Kalau itu gue nggak yakin Papa bakal kasih izin,”
Sudah terbayang bagaimana reaksi Arman jika tahu Ileana memilih untuk mundur dari jabatannya sebagai wakil ditektur dan kembali menjadi designer utama, dari awal niat Ileana untuk bekerja di lokies untuk mendapatkan jabatan sebagai designer utama dan setelah jabatan itu berhasil ia dapatkan setelah satu tahun bekerja sebagai asisten designer utama Ileana mendapatkan jabatan yang selama ini diinginkannya. Kemampuan Ileana memang tidak pernah mengecewakan, designer utama sebelum Ileanapun terpana dengan setiap hasil dari rancangan yang dibuat Ileana. Dengan ditunjukkan Ileana sebagai salah satu designer utama di lokies, membuat nama lokies semakin dikenal banyak orang dan berakhir dengan para pimpinan pusat tertarik dengan kemampuan Ileana.
Butuh beberapa bulan untuk membuat Ileana menyetujui pemindahan jabatan Ileana yang semula designer utama menjadi wakil direktur karena ia sama sekali tidak memahami pekerjaan menjadi wakil direktu pada saat itu dan merasa seperti banyak karyawan yang lebih kompeten untuk bisa ditunjuk menjadi wakil direktur. Tapi saat itu Ileana sangat ingat, bagaimana Arman yang tetep menginginkan Ileana untuk menjadi wakil direktur, dan baru Ileana tahu beberapa bulan setelah Ileana menerima tawaran wakil direktur, niat asli Arman keanapa sangat ingin Ileana yang menjadi wakil direktur. Karena hanya Ileana yang berani membantah Daniel, karena tidak ada satupun karyawan lokies yang berani membantah Daniel. Ileana memberi syarat juga, ia menerima jabatan menjadi wakil direktur tapi dengan catatan ia masih berada di divisi fashion dengan jabatan ia yang lama.
“Udah pasti Tuan Arman bakalan marah sama gue,” mengelus kedua tangannya yang merinding setelah membayangkan wajah memerah Arman yang marah.
Daniel hanya bisa terkikik ketika Ileana memperagakan dirinya ketakutan dengan reaksi Arman, “Ya gue rasa Papa bakal marah besar kalau sampai lo mau melepas jabatan wakil direktur lo.”
Mereka seketika tertawa, membayangkan bagaimana reaksi Arman.
“Le,” panggil Daniel setelah tawa mereka mereda. Sebenarnya ada hal yang mengganggunya akhir-akhir ini, dan ketika tadi ia melihat Ileana duduk sendirian di balkon taman semakin membuatnya tidak tahan untuk diam saja.
Ileana hanya menoleh, "Hm."
“Ada hal yang mau gue omongin sama lo. Ini bukan urusan pekerjaan, tapi menurut gue hal ini perlu dibicarakan. Apa yang sekiranya mengganggu pikiran lo, lo bisa kasih tahu gue apapun itu, jangan pernah menanggung sendirian."
Ileana mengerutkan keningnya, "Maksud lo?"
"Ya, melihat lo diam-diam nangis di sini malam-malam bikin gue bertanya-tanya apa ada hal yang berat sampai bikin lo sesakit ini. Ini bukan kali pertama lo nangis diam-diam jugakan? Gue pernah liat lo beberapa kali nangis sendirian di tangga darurat."
"Lo mau ngomong apa sih, Daniel?" nada suara Ileana sudah berubah, tatapannya penuh dengan emosi yang terpendam, wajahnya terlihat memerah menahan emosi, buku tangannya terlihat memutih karena Ileana terlihat menggenggam kuat menahan emosinya.