Para pekerja keluar dari gedung pabrik dengan wajah cerah karena mereka mendapat waktu pulang lebih awal dari hari biasanya, beberapa saat yang lalu manajer pabrik mereka Ambar seorang lelaki jangkung dengan perut buncitnya memberitahu jika semua produksi dihentikan dengan alasan yang dia sendiri juga belum tahu. Tepat saat Ambar keluar paling terakhir setelah semua pekerja pulang, mobil yang membawa Ileana datang dan berhenti di pelataran pabrik. Ambar menghentikan langkahnya setelah mobil asing berhenti beberapa meter di depannya, dan terkesiap setelah pintu penumpang dibuka dan Ileana turun.
Masih berdiri sedikit menunduk melihat Ileana yang berjalan ke arahnya, dan ketika Ileana sudah berada di depannya ia bertanya maksud kedatangan wakil direktur lokies, “Miss Ileana, ada masalah apa sampai membuat anda datang jauh-jauh ke sini?” bertanya dengan sopan dan mempersilahkan Ileana untuk masuk ke ruangannya dan berbicara.
“Saya baru saja dari Hartono untuk melihat lokasi lokies store, dan saya mendengar kabar yang cukup mengejutkan dari manajer kantor cabang mengenai perubahan vendor kain,” Ileana memberitahu.
Ambar berdeham membersihkan tenggorakannya baru setelahnya membalas Ileana, “Kemarin saya sudah sampaikan ke bu Ayu mengenai masalah vendor yang mengundurkan diri padahal produksi sudah 50%, dan mau tidak mau kami harus mencari vendor lain untuk menutupi setengahnya lagi, dan bu Ayu sudah menyetujuinya,” memberi isyarat pada salah satu karyawannya untuk membawakan sample kain dari vendor pengganti.
“Saya kagum kalian bisa mengatasi masalah ini dengan cepat dan bisa kita lihat produksi berjalan lancar, tapi masalahnya Ayu tidak memberi tahu saya tentang vendor yang diganti,”
Gerakan tangan Ambar terhenti ketika hendak meraih sample kain yang diberikan karyawannya, keringat dingin mengucur langsung melewati pelipisnya. Ia bisa merasakan tatapan tajam Ileana yang duduk di depannya walaupun tidak bersitatap.
“Anyway, kita lihat dulu vendor pengganti yang kalian putuskan sendiri itu ya,” tersenyum tipis, dan merubah posisi duduknya untuk meraih sample yang ditelatakkan di meja.
Pertamanya Ambar mengira kedatangan Ileana hanya sekedar untuk cek produksi saja atau bertanya mengapa produksi dihentikan sementara, dan ia sama sekali tidak tahu jika perintah untuk menghentikan produksi datang dari Ileana setelah mendengar kabar setengah bahan untuk produk berasal dari vendor yang berbeda. Dua jenis kain sudah tergeletak di atas meja, Ileana dengan seksama meneliti kedua jenis kain yang disodorkan Ambar.
Tangannya dengan pelan meraba permukaan kain, merasakan setiap helai benangnya dan baru sampai tengah Ileana menatap dingin Ambar yang gemetaran dan tersenyum miring. Merogoh tasnya dan mengeluarkan ponselnya, menelpon Daniel.
“Mr Daniel, sepertinya kita harus memundurkan tanggal pembukaan lokies store Hartono atau mungkin kita akan membatalkan peluncuran knitting edition,” Ileana berbicara disambungan telepon dengan mata yang menatap datar Ambar.
Daniel bertanya apa masalahnya separah itu dan tidak ada solusi lain untuk menghindari adanya kerugian, “Untuk saat ini hanya satu solusi yang terlintas di otak saya, mencari vendor baru. Karena kita tidak mungkin menjual barang yang sama dengan kualitas berbeda,” pemuda di seberang berkata akan memikirkannya dan meminta Ileana untuk memikirkan kira-kira solusi apa yang bisa mereka lakukan dan sambungan berakhir.
“Pak Ambar dengan sangat terpaksa produksi harus dihentikan untuk sementara waktu, saya berjanji akan segera memberi kabar dan satu hal beri tahu saya jika ada masalah apapun itu,” Ileana meninggalkan gudang dan segera menuju hotel. Sementara Ambar masih duduk membeku setelah mendengarkan penjelasan Ileana.
***
Selesai pertemuan bisnis pukul Sembilan malam, Ileana berjalan-jalan di pinggir kolam renang sambil menikmati burger yang tadi ia beli online. Di kejauhan Ileana melihat seseorang yang sedang duduk di kursi pinggir kolam merokok, baru saja ia ingin memutar kembali ke kamar hingga, “Le,” panggilan itu menghentikan langkah kakinya.
Ileana menunduk mengumpat pelan dan berjalan menuju Daniel yang sedang duduk merokok, “Selamat malam,” ucap Ileana sopan.
“Bagaimana pabrik?”