The Pieces of Memories

Moon Satellite
Chapter #19

DELAPAN BELAS

Ileana sedang merebahkan tubuhnya setelah sampai di hotel ketika pintu kamarnya diketuk, dengan sebal Ileana kembali bangkit dan berjalan gontai menuju pintu. Tubuh jangkung Daniel sudah berada di depan pintu menampilkan senyum paling ramah yang Daniel punya ketika Ileana membukakan pintu, berharap senyumnya mampu membuat Ileana terkesima dengan ketampanannya tapi yang didapatkannya mahal, “Ada perlu apa?” tanya Ileana ketus dengan wajah tanpa ekspresi.

Daniel menelan ludah, pahit sekali. Ia sudah berusaha untuk membuat Ileana terkesima dengannya tapi semuanya terasa tidak mempam untuk gadis di depannya yang tubuhnya masih separuh berada di dalam dan hanya menunjukkan wajahnya di sela pintu yang dibuka.

“Temenin gue yuk!” baru saja Daniel hendak meraih tangan Ileana tapi dengan cepat Ileana langsung mundur beberapa langkah dan menatap Daniel sinis.

“Kerjaan gue udah kelar, gue mau tiduran sampai besok pagi,” Ileana beranjak masuk tapi tertahan ketika tangan kekar Daniel menahan pintu dan menarik pergelangan tangan Ileana.

Seketika kejadian ini seperti mengingatkannya pada kejadian saat mereka tidak sengaja bertemu di lobi apartemen ketika Ileana hendak beli makan dan Daniel yang keluar dari lift tiba-tiba menarik paksa Ileana untuk menemaninya. Bedanya saat itu Ileana memberontak dan terus mengomel, sementara saat ini Ileana hanya memasang wajar datar, malas, tapi Daniel tidak peduli dengan hal itu yang penting hari ini Ileana ikut dengan dirinya.

Beberapa kali Ileana menggerakkan pergelangan tangannya yang terasa perih karena Daniel menggenggamnya terlalu kencang. Ketika lift terbuka Daniel berjalan di depan masih menggenggam pergelangan tangan Ileana seakan gadis itu akan kabur jika ia melepaskannya.

“Daniel!” panggil Ileana pelan beberapa meter sebelum mereka keluar dari pintu lobi hotel.

Perlahan Daniel menoleh menatap Ileana yang masih memasang wajah paling datar yang pernah Daniel lihat, “Kasih tahu dulu lo mau ajak gue ke mana? Gue janji nggak akan kabur,” sambungnya tanpa menatap Daniel.

“Temenin gue makan ya,” Daniel tersenyum simpul, “Sama ada hal yang mau gue bicarain,” sambungnya sambil melepaskan perlahan genggam genggamannya di pergelangan tangan Ileana dan terlihat garis merah tercetak kontras dengan kulit Ileana yang pucat.

Ileana mengangguk singkat dan mereka berjalan menuju mobil yang sudah dipesanan Daniel. Daniel lebih dulu membuka pintu dan duduk di kursi penumpang belakang sisi kanan dan Ileana naik kemudian. Mobil melaju setelah pintu ditutup dan melaju pelan keluar dari pelataran hotel.

“Di Jogja berapa lama mas?” celetuk sopir yang merasa bosan karena suasana mobil yang begitu sepi. Daniel terkesiap dan sedikit menegakkan tubuhnya.

“Besok pagi pulang pak, di sini dua hari.”

Sopir berkumis tipis itu mengangguk-angguk mendengar jawaban Daniel, “Ada urusan kerjaan atau lagi honeymoon mas?” pertanyaan kedua sopir berkumis tipis itu langsung membuat Ileana yang masih menatap kosong jendela terkejut begitupun dengan Daniel yang langsung tertawa-tawa kecil canggung.

“Ada kerjaan pak,” jawab Daniel dan berharap sopir itu tidak bertanya-tanya lagi.

“Oh saya kira lagi honeymoon,” astaga masih berlanjut, Daniel tersenyum tipis ia bingung sebenarnya mau menjawab apa dan hanya tertawa-tawa kecil untuk menghargai. Dan beberapa saat kemudian Daniel masih menanggapi obrolan sopir berkumis tipis yang beruntungnya tidak menggodanya lagi, suasana sepi tadi seketika berubah menjadi hangat bermula ketika sopir berkumis tipis bosan karena hanya diam saja sementara sepertinya dua orang pelanggan yang duduk di kursi belakang sedang ada masalah karena tidak ada percakapan sejak keduanya masuk.

Obrolan seru mereka terhenti ketika sopir berkumis tipis membelokkan setir ke tempat tujuan Daniel, “Sudah sampai mas,” ucapnya ramah.

Daniel mengulurkan uang untuk membayar dan baru keluar setelah mengucap terima kasih, sementara Ileana sudah keluar lebih dulu.

“Ayok!” ajak Daniel berjalan lebih dulu diikuti Ileana di belakangnya.  

Lenggang tanpa ada yang mau berbicara, mereka diam setelah beberapa saat lalu memesan makanan. Ileana asyik menatap aliran sungai dan Daniel entahlah ia selalu terlihat sibuk dengan ponselnya. Bahkan sampai pelayan datang membawakan pesanan tidak ada satupun dari mereka yang mau memulai berbicara.

Lihat selengkapnya