Bulan Desember, penghujung akhir tahun yang penuh dengan kebahagiaanya, orang-orang menyambut awal tahun. Waktu yang tepat untuk memaafkan diri sendiri selama setahun terakhir, dan mencoba untuk menjadi pribadi yang baru di tahun baru. Tepat tanggal 31 Desember tahun 1993 pukul 11.45, lahir seorang bayi perempuan di bumi. Bayi mungil dengan kulit seputih salju, sangat berbeda dengan warna kulit kebanyakan orang Asia Tenggara yang cenderung kuning langsat atau sawo matang. Ia lahir dengan kulit seputih salju dan mata yang cenderung sipit seperti kebanyakan orang Asia Timur, senyum bahagia kedua orangtuanya melihat wajah anak perempuan mereka.
“Cantik, seperti kamu,” sang suami memuji wajah anaknya yang begitu mirip dengan istrinya, istrinya tersenyum sekaligus terharu.
Mereka masih memandang bayi mungil yang masih tertidur dengan damai tanpa gangguan, hingga ruang tempat bersalin terbuka dengan kasar memperlihatkan seorang anak lelaki berusia 5 tahun masih dengan baju tidur bergambar karakter monster berwarna ijo, matanya merah seperti habis menangis dadanya terlihat naik turun mengatur napasnya.
“Papa sama Mama jahat, masa ninggalin aku sendirian di rumah!” teriaknya sambil berjalan mendekati kedua orang tuanya.
Karena suarannya yang melengking, bayi mungil tadi menangis terkejut, si anak lelaki yang sadar suaranya membangunkan adiknya langsung berjalan menuju samping ibunya yang sedang menggendong adiknya, ia mengelus pelan pipi gembul adiknya yang berwarna merah, “Adik maafin kakak, kamu kaget ya? Maaf ya jangan nangis lagi,” mencoba menenangkan.
Kedua orangtuanya tersenyum geli melihat tingkat anak lelakinya yang sedang berusaha membuat adik perempuannya terdiam. “Papa enggak ngajakin kamu, karena kamu udah tidur,” sambil mengelus lembut rambut anaknya, “Lagi pula ini sudah malam nak”.
Si anak lelaki memandang sinis Papa masih kesal, tapi kekesalannya langsung hilang saat ia kembali melihat adiknya yang begitu lucu. Beberapa menit kemudian terdengar suara kembang api yang saling bersahutan, “Yey, kembang api!” teriak anak lelaki itu, dan ia langsung tersadar karena kembali berteriak, matanya membulat sambil menutup mulutnya ia mengecek apakah adiknya kembali terbangun dan ternyata tidak, “Yey, kembang api!” ulangnya dengan suara yang lebih pelan dan terkesan berbisik.
Anak lelaki bersama dengan Papanya sedang berada di taman rumah sakit, menikmati kembang api yang terlihat jelas. Biasanya setiap tahun baru mereka akan pergi ke alun-alun untuk melihat perayaan tahun baru bersama, tapi karena tahun ini ada anggota keluarga baru mereka hanya bisa menikmati kembang api di taman rumah sakit dengan beberapa orang pasien dan para perawat dan dokter yang sedang bertugas.