Ileana berada di toilet, menyeka hidungnya yang mimisan. Air keran masih menyala, tangan kurusnya teliti membersihkan sisa-sisa darah hingga bersih. Kedua tangannya ia ulurkan untuk menampung air dan mengusapkannya pada wajah, Ileana menatap kaca memandang wajahnya yang mengerikan, kantung matanya menghitam karena ia yang kekurangan tidur, ia mengulangi gerakan membasuh wajah beberapa kali hingga ia akhirnya mengambil tissue untuk menyeka wajahnya dan keluar dari toilet.
Beberapa orang langsung menghampiri Ileana, menanyakan bagaimana kondisinya, kalau tidak memungkinkan lebih baik Ileana pulang dan beristirahat saja.
“Tenang, aku tidak apa-apa sudah kembali bekerja semuanya,” mereka kembali ke meja kerja masing-masing dan melanjutkan.
Dari atas terlihat Daniel memperhatikan, ia baru sadar bagaimana kacaunya kondisi Ileana saat ini, bibir Ileana hampir terlihat putih padahal ia baru saja membasuh wajahnya terlihat dari beberapa anak rambutnya yang terlihat basah. Daniel hendak memanggil Ileana menyarankan untuk gadis itu lebih baik pulang saja atau ke rumah sakit, tapi urung melihat Ileana yang sedang mengangkat telephone dan segera berlalu pergi, “Mau ke mana dia?” gumamnya sambil matanya mengikuti arah gerak Ileana.
Ileana baru saja mendapat telephone dari konveksi, katanya sample yang mereka kirim sudah jadi, tanpa pikir panjang dan seakan lupa jika dia baru saja mimisan gadis kurus itu langsung melesat pergi menuju tempat konveksi yang berjarak 20 menit dari kantornya.
“Miss Ileana selamat siang,” sapa seorang lelaki tua yang merupakan Manajer lokies konveksi.
“Siang, pak Julio,”
Lelaki tua itu kemudian mengajak Ileana untuk berkeliling melihat-lihat, “Padahal kami bisa mengirimankan orang dari departemen pengiriman untuk mengirim sampel ke kantor tapi miss Ileana malah jauh-jauh ke sini,”
“Saya lebih suka melihat langsung jadi kalau misal ada kesalahan bisa segera diperbaiki.”
Sampailah mereka di sebuah ruangan khusus yang memang digunakan untuk membuat sampel, beberapa orang yang berada di dalam langsung membungkuk setelah melihat Ileana masuk. Suara sepatu boots Ileana memenuhi ruangan, membuat suasana dalam ruangan berukuran 7x10m² itu terasa mencekam. Tangannya yang berpengalaman menyentuh permukaan kain yang melekat pas di tubuh manekin, hasil yang sama dengan design yang ia kirimkan beberapa hari yang lalu. Ia tersenyum tipis, sama dengan apa yang ia inginkan. Orang-orang baru bisa bernapas lega setelah melihat senyum tipis yang tersungging, walau hanya tipis dan sulit mengartikan itu sebagai senyuman atau sinis mereka tetap bernapas lega, itu berarti hasil yang mereka buat sama dengan yang diinginkan Ileana.
“Sesuai, tapi aku minta untuk bagian layer yang bagian bawah tolong dipotong sedikit supaya yang memakai akan terlihat lebih young, supaya lebih masuk ke tema.”
Ileana keluar dari ruangan, ia tak begitu memperdulikan orang-orang yang mengangguk setelah masukan dari Ileana. Gadis itu memilih keluar dan sedikit berkeliling melihat sampai mereka mulai mengerjakan series kali ini. Tanggal untuk launching tinggal beberapa minggu, setelah masalah kemarin dan hasil dari rapat antara dua brand mereka memutuskan untuk menggabungkan malam puncak perilisan series yang pasti akan menggemparkan dunia perfashionan.