Suasana terasa begitu canggung, Ileana tak menyangka jika ia akan berada di situasi canggung dan aneh seperti ini. Ini bukan kali pertama bagi Ileana menyendiri di taman apartement, bahkan hampir dibilang sering ia berada di taman tengah malam seperti ini, menikmati angin malam dengan suasana yang sunyi, tapi ia tak pernah menyangka jika Daniel akan melihatnya saat berada di titik terendahnya bahkan dengan suka rela membarikan bahunya, merengkuhnya dalam dekapan, memberikannya suatu kehangatan. Tapi dalam hati, ia berterima kasih karena bertemu Daniel, setidaknya orang itu sedikit menolongnya.
Daniel masih duduk di kursi besi samping Ileana, menatap gadis itu penuh kekhawatiran. “Lo sering kayak gini?”
Ileana yang tak menyangka ditanya seperti itu menengadah terkejut, sebenarnya ia tak begitu paham dengan maksud pertanyaan Daniel, karena biasanya orang normal akan bertanya tentang bagaimana keadaannya saat ini.
“Maksud bapak?” Ileana kembali ke mode sopannya.
Daniel berdeham, “Menyendiri terus diam-diam menangis, lo sering kayak gini?” suara Daniel terdengar seperti orang marah atau lebih keputus asa, ia tak pernah tahu gadis yang selalu terlihat tegas dan tak mudah tergoyahkan angin kencang sekalipun, duduk meringkuk sendirian terlihat begitu kacau.
“Bapak…” Daniel mengangkat tangannya mengisyaratkan untuk Ileana berhenti, “Sepertinya kita sudah sepakat jika di luar kantor berbicara santai, lo lupa sama kesepakatan itu?”
Terdengar helaan napas pelan, “Sori, boleh gue minta lo rahasiain apa yang lo lihat tadi,” Daniel cukup terkejut mendengar permintaan Ileana.
“Nggak ada untungnya buat gue kalo gue sebarin.”
Karena tak ada percakapan yang bisa dibicarakan lagi, Daniel pamit meninggalkan Ileana yang katanya masih mau menikmati angin malam.
Sepeninggalan Daniel, Ileana menelungkupkan wajahnya di meja ia sangat malu bahkan ia tak tahu harus bersikap seperti apa ketika bertemu Daniel nantinya. Ileana mengangkat wajahnya tiba-tiba, ada sepenggal ingatan yang terlintas di benaknya, ingatan saat Daniel nyasar ke unitnya dan meracau karena mabuk, Ileana sangat ingat dengan racauan Daniel saat itu, ‘nggak apa-apa gue lebih seneng liat lo marah-marah dari pada nangis’ ditambah dengan sikap Daniel barusan yang memeluk Ileana dan berkata, ‘gue di sini’ apa ada sesuatu yang Daniel sembunyikan dari dirinya?
***
Waktu berjalan begitu cepat, begitu tak terasa karena semua sibuk dengan urusan masing-masing, bahkan kejadian malam yang begitu memalukan bagi Ileana seperti sudah tak berbekas lagi. Bahkan hubungan Daniel dan Ileana bisa dibilang jadi bertambah dekat karena insiden di taman, mereka tidak sungkan-sungkan untuk berbicara santai satu sama lain ketika bertemu. Tak terasa malam nanti acara yang sudah dinanti-nanti semua orang tiba, malam puncak launching produk kolaborasi lokies dan the yarn, acara yang akan menjadi titik balik kembalinya kepercayaan orang-orang dan mengembalikkan nama baik lokies.
“Ready?” suara bariton Daniel menatap keseluruh ruangan ballroom hotel yang disewa untuk acara puncak nanti malam.
Ileana tersenyum miring menanggapi pertanyaan Daniel, “Off cours, 100% gue siap,” Daniel mengulurkan tangannya siap untuk tos Ileana langsung menepuk tangan Daniel dan tersenyum, mereka bahkan terlihat begitu kompak malam ini, setelan yang mereka kenakanpun terlihat senada.
Daniel terlihat begitu tampan dengan balutan setelan berwarna maroon, tinggi badannya yang terbilang cukup tinggi dipadukan dengan setelan mahal yang terlihat begitu menyatu di tubuh Daniel terlihat menawan dan mampu membuat para wanita menjerit karena pesona Daniel yang sangat tampan, tak mau kalah dengan pesona tampan Daniel, Ileana yang begitu cantik memakai x line dress maroon dan memadukannya dengan leather jacket, jangan lupakan monster boots membuat kesan dingin yang selalu Ileana pancarkan, terakhir rambut panjang Ileana yang dikepang ala-ala queen Elsa. Mereka terlihat begitu serasi dengan setelan masing-masing, memancarkan pesona dan aura yang saling mengimbangi.
Para rekan-rekan wartawan tidak lepas memotret setiap gerak-gerik Ileana dan Daniel, sepanjang acara mereka yang memang selalu berdekatan karena harus menjamu para tamu terlihat begitu serasi, bahkan tak jarang banyak karyawan yang menjadi shipper keduanya, ada beberapa kolega Daniel yang secara terang-terangan menyebut Ileana sebagai tunangan Daniel, dan kedua orang itu hanya bisa tersenyum menanggapi hal itu. Daniel menjadi sangat ramah saat berhadapan dengan para kolega, ia menjamu dengan baik setiap tamu undangan, bahkan ia akan mengajak ngobrol memberikan efek nyaman bagi semuanya.