The Pieces of Memories

Moon Satellite
Chapter #11

SEPULUH

Seorang lelaki dengan setelan hitam terlihat berjalan terburu-buru dari arah pintu masuk, ia mengedarkan pandangannya mencari orang yang tadi memanggilnya setelah ketemu lelaki itu langsung berjalan lebih cepat menuju pemuda yang tengah berdiri di balkon sambil memegang gelas berisi wine, “Tuan,” sapa lelaki berbaju hitam tadi sambil menunduk sedikit.

Pemuda yang merupakan tuannya, sedang memperhatikan seorang gadis sambil menggoyang-goyangkan pelan gelas wine di tangannya. “Cari semua informasi tentang dia, jangan sampai ada yang terlewat,” perintah pemuda itu terdengar tegas, matanya masih terus memperhatikan gadis kurus yang saat ini sedang berbincang dengan temannya.

 

Ileana merebahkan tubuhnya di sofa, acara berakhir cukup malam. Tubuhnya begitu letih, bukan karena padatnya acaranya yang membuatnya letih melainkan tenaganya terkuras karena harus bertemu dengan banyak orang dan bercakap-cakap dengan orang-orang yang tidak begitu gadis itu kenal. Ileana tertidur tanpa mengganti pakaianya ia hanya melepaskan leather jacket yang tadi dikenakannya dan melemparnya di sembarang tempat bahkan ia tak menghapus makeup, langsung tidur terlelap.

Pagi cerah datang menyambut lembut Ileana yang tertidur nyenyak, celah gorden membawa bias cahaya mengusik tidur Ileana. Tubuh kurusnya kini sudah berada di lantai beralaskan karpet. Ileana terlihat mengerang terganggu dengan cahaya, ditambah weker di kamarnya berbunyi memaksa Ileana untuk bangun.

“Iya, iya gue bangun,” omel Ileana memaksakan tubuhnya untuk bangun, walau matanya masih terpejam.

Perlahan Ileana bangun dari posisi duduknya dan terdengar suara gemeletuk dari tulangnya, ia sedikit mengerang maklum Ileana termasuk jajaran remaja jompo, dengan langkah gontai dan hati-hati takut salah urat Ileana berjalan menuju kamar mandi. Membersihkan wajahnya dari makeup sisa semalam, dan langsung berjalan menuju shower untuk mengguyur tubuhnya. Ileana berjalan menuju closed dengan handuk kimono, mengambil celana panjang tartan warna hitam dan kaos oversize sage green.

Rambut panjangnya ia cepol menggunakan jedai, dengan santai Ileana berjalan keluar kamar menuju lift, perutnya sudah protes sejak tadi. Ileana berjalan sambil tersenyum karena sudah membayangkan nasi padang di warung seberang gedung apartement.

“Ileana?” panggilan yang terdengar ragu dari seseorang. Merasa namanya dipanggil Ileana langsung berhenti dan menoleh ke sumber suara, lelaki yang baru saja keluar dari lift yang berlainan dengan Ileana terlihat berdiri dengan pandangan yang susah dijelaskan.

“Yo, Daniel,” jawab santai Ileana.

Pemuda itu berjalan ke arah Ileana, ia tadi tidak begitu mengenali gadis yang sedang berjalan dengan pakaian yang sangat santai, tapi setelah dilihat ternyata gadis yang sedang berjalan beberapa meter di depannya adalah Ileana. Daniel hampir tidak mengenali Ileana karena belum pernah pemuda itu melihat Ileana mengenakan pakaian yang begitu santai, beberapa kali mereka bertemu Ileana masih terlihat fashionable walau dengan pakaian santai, tapi kali ini terlihat begitu berbeda sepertinya karena rambutnya yang dicepol asal dan sandal jepit yang dikenakannya.

“Kenapa?” tanya Ileana karena melihat Daniel yang terdiam cukup lama.

Daniel berdeham, ia terlalu lama memperhatikan Ileana sampai lupa gadis di depannya sedang menatapnya penuh selidik.

“Tadi gue kira siapa, mau gue panggil takut salah ternyata beneran lo, mau ke mana?”

Lihat selengkapnya