“Siapa lawan mereka?”
“Bhakti Pratama.”
“Jovan Panggabean, kan?”
Respon berikutnya hanya angguk pelan disertai senyum tipis oleh si Jaket Maroon. Dua anak muda itu menuntun sepedanya menuju bagian dalam SMAN Sam Ratulangi yang gerbangnya terbuka setengah. Sepertinya Pak Satpam langsung tahu tujuan kedatangan keduanya hingga ia hanya merespon sekenanya saat si Jaket Biru menyapa untuk memohon izin.
“Permisi, Pak. Kami izin hendak menonton pertandingan…”
“Ya, silakan,” potong Pak Satpam yang sibuk dengan ponsel model lama dalam genggamannya.
“Terima kasih, Pak.”
Keduanya berlalu, kemudian percakapan kembali berlanjut.
“Kira-kira, siapa yang bakal menang?” tanya si Jaket Biru.
“Sam Ratulangi punya duet Roni dan Ginola, kan? Mereka keren dan bisa saling mengisi. Tapi Jovan juga mengerikan terutama di saat-saat genting.”
Keduanya tiba di celah selebar satu setengah meter pada tembok pemisah antara lingkungan SMAN Sam Ratulangi dengan lapangan sepak bola. Si Jaket Merah selesai memarkir sepedanya lebih dulu dan menyaksikan pemandangan tak terduga yang membuatnya tercengang. Si Jaket Biru masih sibuk memarkir sepeda yang sulit tegak akibat tanah yang tidak rata.
“Dan, Lihat sini. Ginola pindah posisi.”
Dani, pemuda berjaket biru itu dengan tenang berjalan mendekat usai sepedanya terparkir dengan mantap. Ia tak begitu menangkap ujaran lirih kawannya barusan, namun langsung ikut terkejut saat melihat ke sisi lapangan tempat sosok dengan ban kapten itu berdiri.
“Ginola? Bek tengah?”
***
Kick-off kembali dilakukan oleh dua pemain depan Bhakti Pratama setelah gawang mereka bobol pada menit ke-15. Penonton kian ramai dan pertandingan kian seru. Meski unggul perolehan skor sementara, penguasaan bola Sam Ratulangi masih kacau. Lini tengah mereka dibuat repot oleh kombinasi operan pendek dan dribble jarak dekat yang dikomandoi oleh Jo. Ruizola yang mundur cukup jauh demi membantu pertahanan sempat berduel dengan Jo namun ia dapat dengan mudah dilewati. Sementara tackle yang semula tampak sempurna dari Farhan rupanya malah membuat bola kian jauh dari jangkauan para pemain Sam Ratulangi. Jo tampak tersenyum sambil terus bergerak dan memberi isyarat kepada para rekan satu timnya untuk terus mempertahankan ball-possession hingga tiba-tiba, Ginola maju menerjang salah satu pemain depan bernomor punggung 7 yang tengah melakukan dribble di sekitar kotak pinalti. Seringai Jo merekah.