THE PORTRAIT OF DEATH

Nurul Hidayati
Chapter #4

A friend or A Foe

Ada tiga jenis orang yang yang aku kenal, pertama, orang yang memang tulus dan baik tanpa ada maksud tersembunyi, kedua, orang yang jelas-jelas membenci dan akan melakukan apapun untuk melihat kita menderita dan ketiga, orang yang tidak jelas maksud dan tujuannya secara mereka bermuka ganda, impostor.

         Colaborasi siang yang panas, semangkok bakso super pedas dan cold lemon juice, membuat Kay lebih useless dari biasanya. Mulutnya masih mengunyah bulatan bakso sapi yang sudah berubah dari wujud asli sejak diciptakan, merah dan tak berbentuk, ketika tiba-tiba dia bersuara.

          “ Kenapa ya bakso disini terasa lebih enak, padahal bentuknya sama saja dengan bakso yang di jual abang- abang deket rumah, apa karena disini banyak pemandangan cowok- cowok cakep?” suara cemprengnya berusaha mengatasi keriuhan di corner caffe, kafetaria yang jadi tempat makan anak- anak dari berbagai fakultas, walaupun tempatnya lumayan jauh dari fakultas mereka, tapi Kay dan Kara berkeras buat kesini, tak lain dan tak bukan untuk tebar pesona kepada senior yang biasa nongki disini.

         Tidak ada yang merespon Kay yang full of shit kecuali Kara terlihat terganggu, “ Kay shut up...gue lagi menikmati keindahan ciptaan Tuhan,” matanya tertuju ke sosok super cool yang tengah ngobrol dengan teman-temannya, hanya terhalang satu meja diantara mereka, penasaran Kay mengikuti pandangan Kara, kepalanya menoleh ke belakang,” Gosh...itukan Brian, senior anak Medical, aktif di senat dan mapala, gue follower dia.” Tangannya sigap membuka IG nya Brian, “Nih lihat...”

         Pictures Brian dalam banyak frame baik sendiri atau bersama teman-temannya terpampang di hadapan mereka, " Tajir banget dan fix belom punya cewek..”

         “ Kata siapa?”

         “ Aduuhh Raa, kalau dia sudah tidak avaliable pasti tu picts nya Cuma dia dan ceweknya lah.” Kay ngotot ke Kara.

         “ Benar kan Lin?”

         “ Whatever...” jawab Darlene malas. Jadi namanya Brian, gumamnya dalam hati.Darlene mengunyah siomay yang dari tadi cuma di cungkil -cungkil dengan garpu, bukan karena tidak berselera tapi beberapa kali pandangan matanya bertemu dengan Brian dan itu membuatnya tidak tenang, cowok itu memandangnya lekat-lekat bukan pandangan cowok yang tertarik dengan cewek tapi lebih tepatnya sedang menyelidik.

         Beberapa kali Kay menengok ke belakang dengan heboh,”Stopp it Kay..you make us like fools.” Darlene bersuara, ketika melihat teman semeja Brian mulai memperhatikan mereka.

         But they were wrong, cowok-cowok itu bukan menatap mereka tapi cewek yang berjalan ke arah meja Darlene dan berhenti disitu. Bagaikan matahari yang terbit dari timur, sinarnya membuat silau petani yang sedang membajak sawah atau layaknya Jaka Tarub terpukau melihat bidadari yang mandi di air terjun dan mengambil selendangnya, seperti itulah cowok- cowok itu terlihat.

Lihat selengkapnya